PSK: masyarakat di Yogyakarta masih hidup berkelompok

id psk: masyarakat di yogyakarta

PSK: masyarakat di Yogyakarta masih hidup berkelompok

Ilustrasi (Foto carapedia.com)

Jogja (Antara Jogja) - Masyarakat di Yogyakarta masih hidup berkelompok sesuai dengan basis etnis atau daerah, dan berdasarkan agama tertentu, kata Kepala Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Aprinus Salam.

"Hal itu tampak dari sebagian besar pelajar dan mahasiswa yang sekolah dan kuliah di Yogyakarta memiliki asrama-asrama, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten dan kota," katanya di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia pada seminar "Pemuda dan Kebangkitan Kebudayaan Nasional", pelajar dan mahasiswa yang masih berkelompok sesuai dengan daerahnya masing-masing, tidak secara signifikan belajar kebudayaan etnis atau daerah lain.

"Kondisi itu menyebabkan terjadinya ekslusivisme etnis atau kedaerahan, sehingga gagasan kebudayaan nasional tidak berkembang," kata dosen Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Padahal, kata dia, selama ini Yogyakarta mempunyai potensi menjadi tempat taman persemaian dan pengembangan kebudayaan nasional, karena merupakan miniatur Indonesia.

Untuk itu, menurut dia, perlu alih fungsi semua asrama dari berbagai etnis atau daerah tingkat provinsi yang ada di Yogyakarta untuk dijadikan ruang pamer kebudayaan provinsi.

"Selain itu, juga perlu fasilitasi ruang-ruang publik yang memudahkan proses pertemuan dan berkarya untuk proses pengembangan kesenyawaan kebudayaan berbagai etnis atau daerah," katanya.

(B015)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2025