Gunung Kidul (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan membangun dua embung dengan teknologi geomembran untuk mengatasi kekeringan dan lahan kritis.
Sekretaris Daerah (Sekda) Gunung Kidul Budi Martono di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan ada dua embung yang akan kembali dibangun setelah embung Nglanggeran yakni Embung Pilangrejo di Desa Pilangrejo, Kecamatan Nglipar, dan Embung Gunung Panggung, Kecamatan Ponjong.
"Keduanya menggunakan teknologi geomembran sehingga airnya awet," kata Budi.
Ia mengatakan kedua embung tersebut dibangun dengan biaya dari Pemda DIY total biaya Rp3,5 miliar dengan rincian Embung Pilangrejo sebesar Rp2 miliar dan pembangunan Embung Gunung Panggung sebesar Rp1,5 miliar.
"Ke depan seluruh kecamatan yang memiliki lahan kritis jika memungkinkan akan dibangun embung dengan geomembran," kata dia.
Budi mengatakan pembangunan embung dengan sistem geomembran memiliki beberapa keuntungan diantara air lebih awet sehingga pada musim kemarau bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu, nantinya akan dibangun sistem terpisah antara embung yang digunakan kebutuhan sehari-hari dan memandikan ternak.
"Ini sudah masuk dalam rencana Oemerintah DIY, untuk mengurangi lahan kritis," katanya.
Dia mengatakan lahan kritis di Gunung Kidul sendiri terdapat di 15 kecamatan dari total 18 kecamatan. Untuk itu pemerintah terus berupaya membantu masyarakat untuk mengubah lahan kritis menjadi lahan pertanian.
"Pembangunan embung untuk mengurangi lahan kritis di Gunung Kidul seperti di Embung Pilangrejo untuk pengembangan buah manggis, sementara di Embung Gunung Oanggung untuk bunga," katanya.
Kepala Bidang Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunung Kidul, Mahartati mengatakan sebenarnya ada beberapa lokasi mengajukan pembangunan embun, namun untuk tahun ini hanya akan dibangun dua. "Girisubo juga mengajukan namun tahun ini hanya ada dua lokasi yang dibangun," katanya.
Mahartati mengatakan pembangunan embung dengan teknologi dengan geomembran sangat cocok untuk tanah di Gunung Kidul yang berbatu dan berbukit.
"Kami optinistis pengembangan embunh dengan teknologi membran mampu mengubah lahan kritis menjadi lahan yang subur karena kebutuhan air akan tercukupi sepanjang tahun. Kedepan, pembangunan embung ini membawa dampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor pertanian akan menggeliat," kata dia.
(KR-STR)