Perajin batik jumput Yogyakarta harapkan akses ekspor

id perajin batik jumput

Perajin batik jumput Yogyakarta harapkan akses ekspor

Batik jumput (Foto batikjumput.blogspot.com)

Jogja (Antara Jogja) - Perajin batik yang tergabung dalam Komunitas Batik Jumput Batikan di Desa Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, mengharapkan akses ekspor dari pemerintah daerah.

Pendiri Komunitas Perajin Batik Jumput Batikan, Rani di Yogyakarta, Selasa, mengatakan para perajin batik jumput di Desa Tahunan pada dasarnya memiliki orientasi ekspor, namun masih membutuhkan dorongan dan akses dari pemerintah.

"Keinginan ke arah ekspor memang sudah ada, tapi bagaimana melakukannya, akses saja belum ada. Selain itu, juga masalah modal," katanya.

Menurut Rani, perajin batik jumput di daerah setempat hingga saat ini masih fokus menyasar pasar domestik, meskipun telah memiliki orientasi ekspor untuk pemasaran produk.

Hal itu, kata dia, dilakukan karena animo pelanggan di dalam negeri masih cukup banyak.

"Sampai sekarang masih belum berani (ekspor). Kami masih memasok untuk pelanggan lokal Yogyakarta, serta luar kota seperti Bali, Jakarta, Medan, Lampung secara `online`," kata pemilik Toko batik By Rani HS itu.

Hingga saat ini, ragam kerajinan batik jumput yang secara rutin ia produksi antara lain mukena yang dijual dengan harga Rp250.000 per potong, syal Rp20.000 hingga Rp80.000, dompet batik Rp40.000, dan slayer Rp25.000.

Sedangkan kain batik dengan lebar dua meter dijual dengan harga Rp100 ribu hingga Rp350 ribu per lembar.

Menurut dia, saat ini Komunitas Batik Jumput Batikan masih berinovasi mengembangkan batik campuran yang merupakan kolaborasi antara batik jumput dengan batik tulis sebagai produk andalan.

Batik campuran itu dibanderol lebih mahal dari batik jumput biasa, yakni dengan harga mulai Rp500 ribu per lembar.
"Yang mengembangkan batik jumput kan sudah banyak, misalnya yang ada di Jawa Timur serta Jawa Tengah, sehingga dengan batik campuran diharapkan ada ciri khas batik jumput Tahunan," katanya.

(KR-LQH)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024