Wamenlu: keharmonisan hubungan Kerajaan Sriwijaya-Nalanda contoh bagi "IORA"

id Wamenlu: keharmonisan hubungan Kerajaan Sriwijaya-Nalanda contoh bagi IORA

Wamenlu: keharmonisan hubungan Kerajaan Sriwijaya-Nalanda contoh bagi "IORA"

Wakil Menteri Luar Negeri A.M Fachir memberikan pidato dalam pembukaan Simposium menyambut 20 tahun terbentuknya organisasi regional "Indian Ocean Rim Association" (IORA) di Yogyakarta, Rabu (14/9). (Foto Antara/Luqman Hakim)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Wakil Menteri Luar Negeri A.M Fachir menjadikan hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Nalanda, India yang terjalin harmonis pada masanya sebagai contoh untuk penguatan hubungan antarnegara-negara anggota "Indian Ocean Rim Association" (IORA).

"Pada Zaman Sriwijaya sudah ada interaksi di mana Raja Balaputra memberikan sumbangan atau kontribusi untuk berdirinya sebuah perguruan di Nalanda," kata Fachir saat membuka Simposium menyambut 20 tahun terbentuknya organisasi regional IORA di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, semangat kerja sama seperti dicontohkan dua kerjaan di kawasan Samudera Hindia itu perlu diteladani negara-negara anggota IORA saat ini.

"Semangat seperti itu harus sama-sama kita jaga. Kalau semua merasa berkepentingan dengan dengan Samudera Hindia ini, tentu akan menghindari langkah-langkah yang menjadikan kawasan tidak stabil," ujarnya.

Fachir mengatakan di kawasan Samudera Hindia memiliki peluang potensial yang dapat digarap berasama-sama antarnegara-negara anggota IORA secara berkelanjutan.

Namun demikian, di sisi lain juga memiliki tantangan yang dapat mengganggu keharmonisan kawasan. Tantangan itu, menurut dia, dapat digambarkan misalnya dengan kemunculan "illegal fishing" yang hanya menguntungkan salah satu pihak dengan melanggar ketentuan hukum internasional.

"Kita tahu potensi itu ada baik tantangan tradisonal atau nontradisional. Kalau melanggar tentu akan membuat situasi tidak stabil," tegasnya.

Bagi Indonesia, menurut Fachir, menjaga hubungan harmonis antarnegara-negara di kawasan Samudera Hindia sangat penting sebab kawasan Samudera Hindia merupakan jalur strategis keluar masuknya transportasi barang dari Indonesia.

"Bagi kami jalur yang stabil, jalur yang damai pasti akan berbuah pada kesejahteraan," tuturnya.

Simposium yang berlangsung 14-15 September di Yogyakarta itu merupakan forum curah pendapat dan tukar pikiran mengenai refleksi perjalanan IORA selama 20 tahun terakhir, memetakan tantangan yang dihadapi, memetik pelajaran dari perkembangan IORA, serta merumuskan strategi penguatan masa depan organisasi itu.

Rekomendasi yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi salah satu pokok bahasan dalam pertemuan para wakil pemerintah negara anggota IORA dan menjadi sumbangsih para pemangku kepentingan pada KTT IORA yang akan dilaksanakan di Indonesia pada Maret 2017.

Simposium itu menghadirkan pembicara dari kalangan pemerintah, akademisi maupun para pemikir dari beberapa negara anggota dan mitra dialog IORA, di antaranya dari Afrika Selatan, Australia, India, Indonesia, Iran, Amerika Serikat, dan Jerman.

IORA itu sendiri merupakan organisasi negara-negara pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Organisasi itu berdiri pada Maret 1997 dan saat ini beranggotakan 21 negara.

Negara-negara anggota dimaksud adalah Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Sri Lanka, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Tanzania, Thailand, Persatuan Emirat Arab, Yaman, dan Somalia.

Selain itu ada tujuh negara mitra wicara, yakni Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jepang, Jerman, Tiongkok, dan Mesir.

(T.L007)