Akademisi : permasalahan Rohingya bukan semata-mata terkait agama

id Rohingya

Akademisi : permasalahan Rohingya bukan semata-mata terkait agama

Seorang pengungsi Muslim etnis Rohingya, Myanmar (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/pd/17)

Yogyakarta (Antara) - Permasalahan Rohingya di Rakhine, Myanmar, bukan semata-mata berkaitan dengan isu agama khususnya agama Islam, kata Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tulus Warsito.

"Permasalahan itu lebih kompleks dari sekadar isu agama. Kasus Rohingya merupakan masalah pluralisme, perbatasan, dan kewarganegaraan," katanya pada Focus Group Discussion (FGD) bertema "Rohingya Dalam Isu Kemanusiaan, Agama, dan Politik" di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, tiga sebab itu mengakibatkan masyarakat Rohingya mengkristal menjadi gerakan separatis yang menginginkan Rakhine menjadi negerinya sendiri.

"Jadi, kurang relevan jika kasus Rohingya hanya dikatakan berkaitan dengan isu agama Islam," kata Tulus.

Dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ali Muhammad mengatakan ASEAN tidak bisa melakukan berbagai tindakan untuk membantu menyelesaikan kasus Rohingya karena setiap negara di ASEAN memiliki masalah sendiri.

Selain itu, negara Myanmar selama ini tertutup sehingga ASEAN tidak bisa intervensi. Memang terdapat sebuah aturan mengenai intervensi masalah suatu negara, sehingga negara lain tidak bisa serta merta melakukan intervensi.

"Namun, Indonesia bisa diterima Myanmar, dan sebenarnya pesan Muslim Indonesia juga sudah diterima, sehingga tidak perlu untuk mengadakan demonstrasi di Borobudur seperti yang telah disiarkan di media," kata Ali.

Sementara itu, Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Budi Setiawan mengatakan salah satu kesulitan yang dihadapi dalam membantu kasus Rohingya adalah perilaku etnis Rohingya yang kurang mendukung.

"Namun, kami tetap memegang prinsip membantu kemanusiaan dan tidak memandang etnis dan agama. Ada beberapa langkah yang diambil seperti membantu di bidang kesehatan dan pendidikan," kata Budi.

(B015)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024