Yogyakarta, (Antaranews Jogja) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan akan memperluas pasar ekspor Indonesia untuk memperbaiki neraca perdagangan yang hingga akhir 2018 masih mengalami defisit.
"Untuk ekspor saya telah membuka pasar-pasar baru, perjanjian-perjanjian perdagangan juga masih akan kita lakukan," kata Enggartiasto saat mengunjungi pabrik jajanan bayi "Omo! Healthy Snack" di Jalan Magelang, Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, neraca perdagangan Indonesia hingga akhir 2018 masih defisit karena ekspor mengalami penurunan. Sedangkan aktivitas impor bahan baku justru mengalami peningkatan.
Meski industri baik yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri mengalami peningkatan tajam, namun mesin-mesin yang digunakan, kata Enggar, masih didatangkan dari luar negeri.
"Ekspor kita menurun, daya beli dunia juga menurun. Pembangunan infrastruktur kita luar biasa tetapi konsekuensinya impor barang modal juga meningkat," kata dia.
Aktivitas ekspor kelapa sawit (CPO), kata Enggar, saat ini yang paling besar mengalami koreksi. Hal itu disebabkan biaya masuk sawit yang masih mahal. "Sawit terkoreksi agak cukup besar terutama yang ke India dan Eropa. India ada kenaikan bea masuk mencapai 45 persen atau 3 kali kenaikan. Saya sudah bicara dengan menteri perdagangan India," kata dia.
Enggartiasto mengaku tidak terlalu ragu dan khawatir dengan kondisi perekonomian itu karena bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, pihaknya terus melakukan pengecekan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan perkembangan industri Indonesia di masa mendatang.
Untuk meredam defisit neraca perdagangan, menurut dia, Kemendag telah membuka pasar-pasar ekspor baru serta melakukan perjanjian perdagangan dengan berbagai negara. "Kerja sama dengan Australia tinggal menunggu waktu. Awal Januari 2019 mudah-mudahan Mozambik, Tunisia, diikuti Maroko, jadu masuk di Afrika Utara dulu setelah itu masuk Uni Eropa (UE), dan kemudian masuk 16 negara RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership)," kata dia.