Wayang potehi hibur pengunjung PBTY di Kampung Ketandan (VIDEO)

id Potehi

Wayang potehi hibur pengunjung PBTY di Kampung Ketandan (VIDEO)

Sejumlah pengunjung tampak antusias menyaksikan wayang potehi yang dipentaskan di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-14 di Kampung Ketandan, Yogyakarta, Rabu malam. (Foto Antara/Luqman Hakim) (Foto Antara/Luqman Hakim/)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Pertunjukan wayang potehi yang merupakan kesenian warisan leluhur Tiongkok menghibur para pengunjung Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-14 di Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta, Rabu malam.

Sejumlah pengunjung tampak antusias menyaksikan wayang potehi yang dipentaskan dalang dari bilik kecil berwarna merah menyala yang penuh dengan ornamen Tionghoa.

"Wayang potehi ini kami hadirkan karena memang sudah langka sekali," kata Humas PBTY ke-14 Gutama Fatoni di sela pembukaan acara puncak perayaan Imlek 2019 di Yogyakarta itu.

 Menurutnya, saat ini warusan budaya dari Tiongkok yang telah berusia ribuan tahun itu sangat jarang dipentaskan di Indonesia.

"Di Indonesia khususnya di Jawa ini yang paling berkembang di desa Gudo, 10 kilometer sebelum Jombang. Di sana memang masyarakatnya senang sekali memainkan wayang potehi," ujar dia.
 

Oleh sebab itu, menurut Fatoni untuk ikut melestarikan budaya itu wayang potehi selalu berusaha dihadirkan setahun sekali di Yogyakarta dalam rangkaian PBTY di Kampung Ketandan.

Para pengunjung bisa menyaksikan wayang potehi selama penyelenggaraan PBTY mulai 13 sampai 19 Februari 2019. Wayang itu dihadirkan di salah satu panggung dari tujuh panggung pertunjukan seni dan budaya yang dihadirkan di PBTY mulai pukul 18.00 hingga 23.00 WIB.

"Wayang potehi ini sebenarnya hampir sama dengan wayang golek. Ini satu tradisi yang menceritakan sejarah yang kalau di sini seperti wayang kulit," kata dia.

 Seorang pengunjung PBTY Toni (40) mengaku senang dengan adanya pementasan wayang potehi.

Meski tidak paham dengan jalan ceritanya, warga Ketandan ini memanfaatkannya sebagai sarana mengenalkan budaya Tionghoa kepada anak-anaknya.

"Ceritanya memang saya tidak tahu karena berisi sejarah dari China dan intonasinya kurang jelas, berbeda dengan wayang kulit yang ada di Jawa. Tapi ini bagus untuk dikenalkan ke anak-anak," kata Toni yang datang bersama anaknya.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024