Pimpinan UNY tampil dalam pentas ketoprak "Jaka Endhol-Endhol"

id uny

Pimpinan UNY tampil dalam pentas ketoprak "Jaka Endhol-Endhol"

Pentas ketoprak Jaka Endhol-Endhol di Performance Hall FBS UNY (foto istimewa) (.)

Yogyakarta (ANTARA) - Jajaran pimpinan dan guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tampil dalam pentas ketoprak dengan lakon "Jaka Endhol-Endhol" di Gedung Pertunjukan (Performance Hall) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY, Selasa malam.

Jajaran pimpinan dan guru besar UNY yang tampil dalam pentas ketoprak itu antara lain Rektor Prof Sutrisna Wibawa yang memerankan Prabu Sri Kuncara, Wakil Rektor I Prof Margana sebagai Patih Puspanjala, Dekan FBS UNY Prof Endang Nurhayati sebagai permaisuri Prabu Sri Kuncara.

Selain itu, beberapa guru besar UNY juga tampil di antaranya Prof Ajat Sudrajat, Prof Wawan Suherman, Prof Marsigit, Prof Anik Ghufron, Prof Suwardi, Prof Suwarna, Prof Suwarsih Madya, Prof Suroso, dan Prof Trie Hartiti Retnowati.

Pentas ketoprak dalam rangka tasyakuran berdirinya Gedung Pertunjukan (Performance Hall) FSB UNY yang disutradarai Prof Suminto A Sayuti itu disaksikan ratusan sivitas akademika UNY terdiri atas dosen, mahasiswa, dan karyawan.

Pentas ketoprak yang naskahnya ditulis oleh Sukisno MSn itu menceritakan tentang sebuah kerinduan terhadap keindahan cinta yang pernah dirajut yang selalu menghantui Dewi Mijil Sulastri, diperankan oleh Aderia, yang menunggu kedatangan pujaan hati, Pangeran Laras Maya (Refandra).

Di tengah kekosongan dan kesunyian itu, datang penggoda yang akan merengkuh Dewi Mijil Sulastri ke dalam pelukan angkara. Kegelisahan, kekhawatiran akan terjadinya "mangro tingal" selalu datang untuk mencerabut akar kesetiaan dan kesucian cinta Dewi Mijil Sulastri.

Pangeran Laras Maya berusaha menggapai cintanya kepada Dewi Mijil Sulastri. Dengan menyamar sebagai Jaka Endhol-Endhol, Pangeran Laras Maya dapat menggapai cintanya secara tulus.

Prabu Sri Kuncara (Prof Sutrisna Wibawa) sebagai raja pemegang kebijakan menerapkan "sama beda dana dendha" di dalam pemerintahannya, termasuk hak pemilihan pendamping hidup bagi putrinya.

Prabu Sri Kuncara menilai kesetiaan, kesucian, dan keadilan menjadi faktor penting dalam mengokohkan pohon kehidupan sebagai jalan kemanusiaan untuk menuju manusia berjiwa mulia. 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024