Disdik Yogyakarta mencari solusi KBM SD Bangunrejo 2

id SD Bangunrejo 2 Yogyakarta,belajar mengajar,mushola

Disdik Yogyakarta  mencari solusi KBM SD Bangunrejo 2

Ilustrasi - Siswa kelas 6 SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta belajar di pos ronda untuk pelajaran tambahan karena keterbatasan ruang kelas. ANTARA/HO-Forpi Kota Yogyakarta

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memastikan segera mencari solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa kelas 6 SD Negeri Bangunrejo 2 yang untuk sementara waktu terpaksa belajar di luar ruang kelas.

“Dalam waktu dekat ini kami carikan solusinya bersama-sama. Kami undang sekolah dan seluruh instansi terkait untuk koordinasi mencari solusi,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Dedi Budiono di Yogyakarta, Jumat.

Kegiatan belajar mengajar, khususnya untuk pelajaran tambahan bagi siswa kelas 6 SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta, tidak bisa dilakukan di ruang kelas karena keterbatasan ruang kelas yang ada di SD Negeri Bangunrejo 1 Yogyakarta.

Sejak Februari tahun lalu, seluruh siswa SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta menumpang di SD Negeri Bangunrejo 1 Yogyakarta karena sekolah sudah dirobohkan untuk dibangun bangunan baru. Pembangunan SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta yang seharusnya selesai dibangun pada 2019 tidak bisa direalisasikan karena terkendala proses lelang.

Pembangunan sekolah yang sebagian besar siswanya adalah anak berkebutuhan khusus tersebut, baru dilanjutkan kembali pada akhir Januari dan ditargetkan selesai dibangun menjadi bangunan dua lantai pada Agustus.

“Dalam koordinasi nanti, kami akan berusaha menawarkan berbagai solusi supaya layanan pendidikan bisa dilakukan dengan baik, sesuai standar minimal. Seharusnya tidak dilakukan di pos kamling atau mushalla meskipun itu adalah tambahan pelajaran,” katanya.

Salah satu solusi yang akan ditawarkan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta adalah mencari bangunan milik Pemerintah Kota Yogyakarta yang bisa digunakan sebagai ruang kelas pengganti. Salah satunya adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

“Tetapi, lokasi SKB ini cukup jauh dari sekolah. Mungkin siswa dan orang tua murid tidak berkenan,” katanya.

Ia berharap, solusi tersebut tidak hanya terbatas untuk siswa kelas 6 saja tetapi juga untuk seluruh kelas.

Untuk menggabungkan siswa SD Negeri Bangunrejo 1 dan 2 dalam satu ruangan kelas, lanjut Dedi, tidak dimungkinkan karena metode pembelajaran yang diterapkan berbeda dan dimungkinkan menyulitkan siswa maupun guru.

“Di kelas 6 SD Bangunrejo 2 ada 19 murid, sebanyak 17 di antaranya adalah anak berkebutuhan khusus. Kalau sama-sama ditempatkan dalam satu rombongan belajar dengan SD Bangunrejo 1, tentu tidak pas,” katanya.

Kepala SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta Subagya mengatakan seluruh anak kelas 6 mengikuti tambahan pelajaran sebagai persiapan ujian sekolah di mushalla.

“Sebelumnya kami belajar di pos ronda tetapi kemudian disarankan agar bisa menempati ruangan yang lebih baik. Makanya kami belajar di mushalla karena tidak ada ruangan lain yang bisa digunakan,” katanya.

Ia berharap, proses pembangunan SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta bisa diselesaikan tepat waktu sehingga layanan pendidikan bagi siswa bisa dilakukan lebih baik.

“Untuk saat ini, kami berharap ada solusi terbaik terkait keterbatasan ruangan, padahal kami juga membutuhkan tambahan pelajaran untuk persiapan ujian sekolah,” katanya.
 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024