Iqbaal Ramadhan berbagi pengalaman berperan menjadi perkutut

id Iqbaal ramadhan,Sandiwara sastra

Iqbaal Ramadhan berbagi pengalaman berperan menjadi perkutut

Aktor Iqbaal Ramadhan (ANTARA/Instagram @iqbaal.e)

Jakarta (ANTARA) - Untuk pertama kalinya kemampuan akting Iqbaal Ramadhan diuji dengan memerankan karakter burung perkutut.

Dalam podcast "Sandiwara Sastra", Iqbaal mendapat tantangan untuk menyuarakan karakter burung perkutut. Saat pertama ditawarkan, ia langsung tertarik karena mendapat karakter yang unik.

"Ini pertama kalinya aku akting bukan sebagai manusia, super interesting. Ini ada permainan karakter dan banyak dibantu Mas Gunawan Maryanto (sutradara "Sandiwara Sastra")," ujar pemain film "Bumi Manusia" itu dalam peluncuran "Sandiwara Sastra" secara daring, Senin.

Iqbaal menceritakan, meski berperan sebagai burung bukan berarti ia selalu berbicara dengan bahasa burung. Menurutnya tetap ada dialog yang akan dimengerti oleh orang yang mendengarkan.

"Ini bukan manusia memang, tapi gimana bisa menyuarakan suara burung tapi bisa dimengerti juga dengan orang-orang. Ini burungnya jadi kayak manusia. Itu menarik sekali sih," jelasnya.

Pemain film "Dilan 1990" itu juga banyak dibantu oleh Ardinia Wirasti dalam pendalaman karakternya. Ia juga sempat mencari tahu soal karakter burung perkutut melalui internet.

"Ini menarik banget karena kita mencoba membuat suara yang cukup khas tapi kita juga enggak membunyikan suara perkutut, tapi disaat bersamaan kita juga pengin orang tahu kalau ini adalah perkutut," katanya.

"Sandiwara Sastra" merupakan alih wahana sastra dalam bentuk sandiwara audio dengan durasi 30 menit. Podcast ini melibatkan 27 aktor dan aktris kenamaan Tanah Air.

"Sandiwara Sastra" tahap satu ini, berisi alih wahana dari 10 karya sastra yakni adaptasi dari novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari, "Helen dan Sukanta" karya Pidi Baiq, cerpen "Kemerdekaan" karya Putu Wijaya, cerpen "Mencari Herman" karya Dewi Lestari, cerpen "Berita dari Kebayoran" karya Pramoedya Ananta Toer dan adaptasi novel "Lalita" karya Ayu Utami.

Selain itu, ada empat novel dan cerpen yang sedang dalam proses adaptasi sehingga secara keseluruhan pada tahap satu ada 10 karya sastra yang dialih wahanakan.