Yogyakarta (ANTARA) - Digitalisasi berkembang sangat cepat dan memberikan kemudahan bagi manusia, termasuk dalam pendidikan.
Namun teknologi digital tetap tak dapat menggantikan pendidik atau guru yang berperan mengajari anak tentang berbagai aspek dalam kehidupan.
Hal itu mengemuka dalam perbincangan para praktisi pendidikan seperti Louis Goh, Allana Abdullah, dan Muhammad Nabil Satria hingga Budiman Sudjatmiko dalam salah satu sesi EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter, yang digelar secara daring, Sabtu (16/10).
Para narasumber tersebut sepakat bahwa mesin dan teknologi tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendidik manusia.
Meski merupakan alat penting yang membantu siswa dan pendidik untuk mengakses pendidikan, tidak dapat disangkal bahwa mesin kurang memiliki kreativitas dan emosi yang memegang peran penting dalam memenuhi pendidikan yang layak.
"Saya percaya teknologi tidak dapat menggantikan guru. Teknologi adalah sarana untuk membantu guru. Untuk itu, teknologi dapat membantu proses belajar tapi tak dapat menggantikan peran guru," kata Muhammad Nabil Satria sebagai Co-founder LatihID.
Adapun Founder and CEO Global Moonshots in Education, Esther "WOJ" Wojcicki, menyatakan cara pandang guru di era digital ini pun perlu diubah.
"Kita perlu mengubah mindset guru dan cara kita mengajar anak-anak. Kita perlu bergerak mengikuti mereka demi mendampingi mereka. Anda tak perlu menjadi super pintar, tapi anda hanya perlu memotivasi mereka. Motivasi adalah kunci untuk belajar apapun," kata Co-Founder and Education Chief for WOJ Innovation & Technology itu dalam Opening General Session EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter.
Namun bukan hanya guru, dalam mendidik terkadang para orang tua kadang berpikir bahwa lebih banyak tahu tentang anak-anak berdasarkan pengalaman mereka. Padahal orang tua juga perlu belajar dari anak-anak.
"Sebagai orang tua yang masih belajar bagaimana menjadi orang tua yg baik dan menggabungkan semua teori parenting dr berbagai sumber, dari pengalaman sehari-hari untuk memberi yang terbaik pada anak," kata Executive Director at Amanat Institute, Fahd Pahdepie.
Para narasumber sepakat motivasi diri dan sistem pendukung dari orang tua, sekolah, guru, teman juga memainkan peran besar dalam menciptakan dorongan rasa ingin tahu dan belajar pada anak.
EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter merupakan bagian forum pendidikan di Asia dan Indonesia menjadi negara pertama dari sejumlah seri pertemuan di sejumlah negara. Acara ini dihadiri oleh 90 narasumber dari berbagai negara dan 5 perwakilan Kementerian RI.
Project Chairwoman EdHeroes Forum Asia: Indonesia Chapter, Farhannisa Nasution berharap kegiatan ini membawa banyak manfaat untuk perkembangan pendidikan di Asia khususnya Indonesia.
Forum ini juga diharapkan punya kontribusi dalam menciptakan dampak yang lebih luas dan membangun generasi masa depan pemimpin yang unggul serta potensial.
"Salah satu tokoh dunia Nelson Mandela mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia. Karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia," kata Fani, sapaannya.
Berita Lainnya
Operasi modifikasi cuaca di Jateng selama lima hari
Selasa, 19 Maret 2024 11:27 Wib
Antisipasi cuaca ekstrem, Jateng manfaatkam TMC
Sabtu, 16 Maret 2024 16:21 Wib
Pemkab Bantul memberi bantuan alat mesin pertanian untuk dua gapoktan
Sabtu, 9 Maret 2024 13:28 Wib
Autoconz hadirkan teknologi 3D printing konstruksi solusi masalah perumahan
Sabtu, 9 Maret 2024 0:26 Wib
Waktu tunggu peserta JKN di faskes hanya dua jam
Jumat, 8 Maret 2024 6:44 Wib
Prabowo-Korsel rembuk kerja sama teknologi perang
Kamis, 7 Maret 2024 20:48 Wib
Peta jalan keantariksaan relevan-implementatif digarap BRIN
Kamis, 7 Maret 2024 10:08 Wib
Teknologi OCR Sirekap KPU RI telah diperbaiki
Selasa, 5 Maret 2024 7:14 Wib