Nelayan Pulau Buru terpilih dalam kampanye IYAFA FAO

id Nelayan, msc, perikanan,umar papalia,pulau buru,FAO

Nelayan Pulau Buru terpilih dalam kampanye IYAFA FAO

Nelayan kecil penangkap ikan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) di Desa Waepure, Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku Umar Papalia, Sabtu (30/10/2021) sedang menunjukkan sertifikasi ekolabel dari Marine Stewardship Council (MSC). (FOTO ANTARA/HO-MSC Indonesia/Andi J)

Bogor (ANTARA) - Salah satu nelayan asal Pulau Buru, Provinsi Maluku, Umar Papalia terpilih dalam kampanye "International Year for Artisanal Fisheries and Aquaculture" (IYAFA) Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) 2022.

Direktur Marine Stewardship Council (MSC) Indonesia Hirmen Syofyanto, dalam taklimat media kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Senin menjelaskan penyusunan seleksi oleh FAO dilakukan pada awal tahun.

MSC adalah organisasi nirlaba internasional yang menetapkan standar berbasis sains dan diakui secara global terhadap penangkapan ikan serta keterlacakan makanan laut yang berkelanjutan.

"Dan baru diinformasikan oleh pihak FAO sebelum publikasi di Hari Perikananan Sedunia (World Fisheries Day)," kata Hirmen Sofyanto.

Sementara itu Commercial Communication Officer MSC Indonesia Usmawati Anggita Sakti menambahkan terpilihnya Umar Papalia dalam kampanye IYAFA FAO tersebut juga ditampilkan dalam laman FAO.

Dalam laman itu diinformasikan kisah dan testimoni Umar Papalia, yang menceritakan bahwa ia telah melaut selama lebih dari 15 tahun.

Dia memulai harinya pada pukul 4:30 pagi, menangkap umpan cumi-cumi yang dibutuhkan untuk memikat ikan tuna.

"Sekitar jam 6 pagi, kami mencari lumba-lumba, karena di mana ada lumba-lumba, di situ ada tuna," katanya.

Umar dan rekan-rekan nelayan kecilnya kekurangan alat pencari ikan atau alat yang digunakan untuk mencari ikan melalui sonar.

Mereka terus mencari sirip lumba-lumba untuk mengetahui di mana mencari ikan tuna sirip kuning, tanpa merusak atau menangkap lumba-lumba.

Umar adalah seorang nelayan tradisional di perikanan tuna sirip kuning dari Asosiasi Nelayan Buru Utara, Maluku di kawasan timur Indonesia.

Perikanan skala kecil yang beroperasi di kapal, dengan satu atau dua orang menggunakan kail dan tali telah disertifikasi oleh MSC sebagai perikanan berkelanjutan.

Namun, ini tidak selalu terjadi. Sekitar 10 tahun yang lalu, Umar memiliki firasat bahwa ikan tuna semakin sulit ditemukan.

"Kami membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukannya, artinya kami harus melakukan perjalanan lebih jauh yang membutuhkan lebih banyak bahan bakar," katanya.



 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Nelayan Pulau Buru-Maluku terpilih dalam kampanye IYAFA FAO 2022