Luas panen tanaman kedelai di Bantul menurun

id Tanaman kedelai ,Panen menurun ,Dinas Pertanian Bantul

Luas panen tanaman kedelai di Bantul menurun

Panen kedelai (Dokumen ANTARA FOTO)

Bantul (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa luas panen tanaman kedelai daerah ini pada tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan luas panen komoditas tersebut pada 2021.

Kepala Bidang Penyuluhan Produksi dan Pengembangan Usaha Pertanian DKPP Bantul Imawan Handriyanto di Bantul, Jumat, mengatakan luas panen kedelai Bantul pada tahun 2021 kurang lebih 700 hektare dengan produktivitas rata-rata 1,7 ton per hektare.

"Tahun 2022 ini luas panen kedelai menurun dari tahun kemarin, di bawah 700 hektare faktornya yang pertama karena iklim, cuaca itu punya pengaruh yang terberat," katanya.

Dia mengatakan, pada tahun lalu dengan produktivitas kedelai 1,7 ton per hektare, maka total produksi kedelai selama setahun mencapai 1.100 ton, sementara pada tahun ini dipastikan menurun karena luas dan produktivitas yang turun.

"Karena adanya faktor iklim ini mengakibatkan panenan menjadi terganggu dan bahkan produktivitas menjadi menurun, kalau sekarang ini tanamannya hanya ada beberapa hektare kedelai karena kondisi cuaca," katanya.

Menurut dia, budidaya tanaman kedelai di Bantul mayoritas dilaksanakan petani pada Mei Juni, karena tanaman biji bijian itu cocok ditanam pada musim kemarau atau cuaca kering. Di Bantul terdapat dua varietas kedelai, yaitu varietas Grobogan dan Anjasmoro.

"Kedelai kalau ditanam di musim hujan kurang bagus, karena curah hujan tinggi kelembaban tinggi, mempengaruhi hama penyakit semakin tinggi, kemudian pengelolaan untuk pasca panen juga sulit," katanya.

Dia mengatakan, guna mendorong petani meningkatkan luas tanam kedelai, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada petani tentang budidaya kedelai yang baik melalui penyuluh-penyuluh pertanian, termasuk memberikan pengertian agar membuat parit di sekitar lahan.

"Contoh parit yang sederhana, karena mereka menanam di musim kering, pikirannya mungkin tidak ada hujan dan seterusnya, ternyata ada hujan sehingga bisa terendam, dan bisa hancur kedelainya. Jadi mestinya di tengah ada parit sehingga kalau ada hujan drainase cukup bagus air segera terbuang," katanya.