Pemkot Yogyakarta mulai mempersiapkan penilaian ADWI 2023
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta, DIY, mulai mempersiapkan lebih awal penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 dengan melakukan simulasi penilaian melalui program Anugerah Kampung Wisata Yogyakarta.
"Melalui anggaran perubahan 2022, kami menyisipkan kegiatan penilaian kampung wisata yang dikemas seperti penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kemenparekraf. Kami mencoba mencuri start dengan harapan bisa memperoleh hasil maksimal tahun depan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Wahyu, seluruh komponen penilaian dalam ADWI disimulasikan secara penuh dalam penilaian 18 kampung wisata yang ada di Kota Yogyakarta, baik dari sisi kelengkapan dokumen hingga kesiapan sarana prasarana di setiap kampung wisata.
Penilaian juga melibatkan tenaga ahli yang selama ini banyak membidani lahirnya kampung atau desa wisata serta kerap membantu beberapa program penelitian dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta memperoleh semacam bocoran untuk penilaian ADWI.
Dari penilaian yang sudah dilakukan ke seluruh kampung wisata, ditetapkan lima kampung wisata dengan nilai terbaik yaitu Warungboto di posisi pertama, diikuti Cokrodiningratan, Prenggan, Tahunan, dan Purbayan di posisi kelima.
Kelima kampung wisata dengan nilai terbaik tersebut akan diusulkan ke Pemerintah DIY untuk penilaian ADWI 2023 dan diharapkan bisa lolos untuk diajukan ke Kemenparekraf untuk penilaian nasional.
"Kami ingin mengulang kesuksesan yang diraih Kampung Wisata Rejowinangun pada 2021 yang masuk 50 besar kampung wisata terbaik di Indonesia," katanya.
Oleh karenanya, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta tidak lagi mengusulkan Kampung Wisata Rejowinangun untuk penilaian pada tahun depan dan memasukkan kampung wisata tersebut sebagai kampung wisata inspiratif yang diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk 17 kampung wisata lainnya.
"Hingga saat ini, baru 50 persen dari 18 kampung wisata yang bisa dikatakan cukup eksis karena memiliki konsistensi atraksi yang ditampilkan. Sedangkan sisanya masih bersifat temporer," katanya.
Sementara itu, Ketua Pengelola Kampung Wisata Warungboto Tri Widodo Purnomo mengatakan kampung wisata yang dikelolanya memiliki destinasi unggulan yaitu situs Warungboto.
"Bangunan bersejarah tersebut menjadi ikon di Kampung Wisata Warungboto, tetapi sebenarnya kami juga memiliki wisata unggulan yang berbasis pada edukasi yaitu daur ulang sampah dan pewarnaan kain shibori. Dua paket wisata ini yang kami jadikan andalan menarik minat wisatawan," katanya.
Kampung Wisata Warungboto memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk memasarkan potensi wisata yang dimiliki, baik dari Instragram, Facebook, YouTube, hingga aplikasi Visiting Jogja dari DIY dan Jogja Smart Service (JSS) dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
"Kami berupaya mem-posting secara rutin kegiatan dan potensi wisata di Warungboto," katanya yang banyak mendapat kunjungan dari kelompok PKK hingga pelajar.
Kampung Wisata Warungboto, lanjut Tri, akan diupayakan untuk terus berkembang salah satunya dengan memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) yang saat ini sedang dalam proses pembangunan di belakang kantor Kecamatan Umbulharjo.
"Harapannya, kami dari pengelola kampung wisata nantinya dapat memanfaatkan RTHP tersebut sebagai sentra kuliner, kerajinan, dan pertunjukan seandainya ada kunjungan wisata," katanya.
"Melalui anggaran perubahan 2022, kami menyisipkan kegiatan penilaian kampung wisata yang dikemas seperti penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kemenparekraf. Kami mencoba mencuri start dengan harapan bisa memperoleh hasil maksimal tahun depan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Wahyu, seluruh komponen penilaian dalam ADWI disimulasikan secara penuh dalam penilaian 18 kampung wisata yang ada di Kota Yogyakarta, baik dari sisi kelengkapan dokumen hingga kesiapan sarana prasarana di setiap kampung wisata.
Penilaian juga melibatkan tenaga ahli yang selama ini banyak membidani lahirnya kampung atau desa wisata serta kerap membantu beberapa program penelitian dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta memperoleh semacam bocoran untuk penilaian ADWI.
Dari penilaian yang sudah dilakukan ke seluruh kampung wisata, ditetapkan lima kampung wisata dengan nilai terbaik yaitu Warungboto di posisi pertama, diikuti Cokrodiningratan, Prenggan, Tahunan, dan Purbayan di posisi kelima.
Kelima kampung wisata dengan nilai terbaik tersebut akan diusulkan ke Pemerintah DIY untuk penilaian ADWI 2023 dan diharapkan bisa lolos untuk diajukan ke Kemenparekraf untuk penilaian nasional.
"Kami ingin mengulang kesuksesan yang diraih Kampung Wisata Rejowinangun pada 2021 yang masuk 50 besar kampung wisata terbaik di Indonesia," katanya.
Oleh karenanya, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta tidak lagi mengusulkan Kampung Wisata Rejowinangun untuk penilaian pada tahun depan dan memasukkan kampung wisata tersebut sebagai kampung wisata inspiratif yang diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk 17 kampung wisata lainnya.
"Hingga saat ini, baru 50 persen dari 18 kampung wisata yang bisa dikatakan cukup eksis karena memiliki konsistensi atraksi yang ditampilkan. Sedangkan sisanya masih bersifat temporer," katanya.
Sementara itu, Ketua Pengelola Kampung Wisata Warungboto Tri Widodo Purnomo mengatakan kampung wisata yang dikelolanya memiliki destinasi unggulan yaitu situs Warungboto.
"Bangunan bersejarah tersebut menjadi ikon di Kampung Wisata Warungboto, tetapi sebenarnya kami juga memiliki wisata unggulan yang berbasis pada edukasi yaitu daur ulang sampah dan pewarnaan kain shibori. Dua paket wisata ini yang kami jadikan andalan menarik minat wisatawan," katanya.
Kampung Wisata Warungboto memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk memasarkan potensi wisata yang dimiliki, baik dari Instragram, Facebook, YouTube, hingga aplikasi Visiting Jogja dari DIY dan Jogja Smart Service (JSS) dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
"Kami berupaya mem-posting secara rutin kegiatan dan potensi wisata di Warungboto," katanya yang banyak mendapat kunjungan dari kelompok PKK hingga pelajar.
Kampung Wisata Warungboto, lanjut Tri, akan diupayakan untuk terus berkembang salah satunya dengan memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) yang saat ini sedang dalam proses pembangunan di belakang kantor Kecamatan Umbulharjo.
"Harapannya, kami dari pengelola kampung wisata nantinya dapat memanfaatkan RTHP tersebut sebagai sentra kuliner, kerajinan, dan pertunjukan seandainya ada kunjungan wisata," katanya.