Menengok kembali kue kacang khas Salatiga

id enting-enting

Menengok kembali kue kacang khas Salatiga

Enting-enting gepuk Cap Klenteng dan Dua Hoolo di Jl. Sukowati No. 4A, Keluarahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Salatiga (Foto: Catur Pramudito Damarjati)

Yogyakarta (ANTARA) - Enting-enting gepuk Cap Klenteng dan Dua Hoolo merupakan salah satu makanan khas Salatiga yang tak hanya tersebar di pulau Jawa namun juga merambah hingga ke Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. 

Olahan kue kacang berbentuk segitiga ini telah berusia 92 tahun lamanya, diciptakan oleh lelaki asal Tiongkok yakni Khoe Tjong Hoek pada tahun 1929. 

Ditemui dirumah produksinya pada Minggu (5/2), Hartono (55) selaku penerus generasi ketiga enting-enting gepuk menuturkan bagaimana awal mula olahan kue kacang ini diciptakan oleh sang kakek. 

"Enting-enting gepuk pada awalnya diciptakan oleh kakek saya, yakni Khoe Tjong Hoek. Beliau berasal dari Tiongkok dan tinggal di Semarang. Baru antara tahun 1927-1928 beliau bersama istri pindah ke kota Salatiga," ujar Hartono. 

Pada mulanya, enting-enting gepuk diproduksi dan dijual di halaman Klenteng Hoek Tiek Bo. 

Hartono (55) mengungkapkan, sebab sang kakek tak memiliki tempat tinggal dan uang, akhirnya beliau menempati Klenteng Hoek Tiek Bo yang kini berada Jl. Sukowati Nomor 13, Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Salatiga. 

Mengingat Khoe Tjong Hoek beragama Khon Hu Chu, maka merupakan hal yang lazim pada saat itu mendiami rumah peribadatan. 

"Dulu, karena beliau tidak memiliki uang, maka Klenteng dijadikan tempat tinggal sembari berjualan kue kacang di halaman Klenteng. Selain dijual kepada jemaat, para penjajah juga ikut andil membesarkan enting-enting gepuk hingga bisa sebesar sekarang," ujar Hartono. 

Uniknya, enting-enting belum dikemas dengan kertas, sebab pada masa penjajahan Belanda, kertas merupakan barang yang sulit dan mahal. 

Akhirnya, Khoe Tjong Hoek pun memanfaatkan daun bambu sebagai kemasan kue kacang dan diletakan pada sebuah keranjang.

Dua nama yang berbeda 

Setelah berkembangnya enting-enting, Khoe Tjong Hoek mewariskan usaha yang dirintisnya kepada lima orang anak. Kemudian besar dan menjadi dua nama perusahaan yang berbeda yakni enting-enting gepuk Cap Klenteng yang diproduksi oleh anak pertama dan cap Dua Hoolo yang diproduksi oleh anak ketiga. 

"Setelah diwariskan ke anak-anaknya. Enting-enting gepuk diproduksi secara terpisah. Yakni Cap Klenteng dan Dua Hoolo. Baru pada tahun 1967, disatukan menjadi enting-enting gepuk Cap Klenteng & Dua Hoolo," kata Hartono. 

Penyatuan nama ini pula yang menjadi awal mula enting-enting gepuk diproduksi di satu tempat, yakni di Jl. Kalinyamat No. 42, Salatiga. 

Penamaan produk enting-enting tak lepas dari sejarah berdirinya, yaitu Klenteng sebagai tempat tinggal dan produksi pertama enting-enting, kemudian Dua Hoolo yakni dua guci yang berada di halaman depan Klenteng, digunakan dalam ritual umat Khong Hu Chu sebagai tempat pembakaran kertas yang berisikan nasihat.  

Generasi ketiga 
            
Kini, enting-enting gepuk Cap Klenteng dan Dua Hoolo dipegang oleh Hartono di rumah produksinya Jl. Kalibodri No. 37, Kutowinangun kidul, Kec. Tingkir, kota Salatiga. 

Dalam perkembangnya, makanan ini menjadi salah satu kuliner khas yang diminati baik warga lokal maupun pelancong yang singgah di kota Salatiga. 

Dalam sehari, Hartono dapat memproduksi enting-enting sebanyak 20 sampai 24 karton, satu karton berisi 600 potong kue. Produknya dapat dijumpai di Toko Sederhana yang beralamt di Jl. Sukowati No. 4A, Keluarahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

Sebagai generasi penerus Hartono berharap enting-enting gepuk Cap Klenteng & Dua Hoolo dapat berkembang lebih hingga ke seluruh Nusantara.
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024