Solok (ANTARA) - Bupati Solok Epyardi Asda menyebut bahwa kunci kesuksesan di dunia ini bukan hanya atas usaha seorang diri melainkan atas campur tangan doa dan ridha seorang ibu.
“Saya anak petani miskin. Bapak saya hanya kusir bendi. Ibu saya pedagang beras keliling. Kami 12 orang bersaudara. Meninggal empat karena busung lapar. Kalau saya ingat itu, saya jadi sedih. Ibu saya berdagang ke mana-mana,” kata Epyardi di Solok, Minggu.
Melihat kondisi keluarganya, Epyardi berniat untuk melakukan sesuatu bagi orang tuanya. Pada tahun 1985, setelah diwisuda, ia berangkat meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Singapura dengan uang pinjaman. Saat itu ia merupakan anak buah kapal.
Ia naik kapal ikan menuju Singapura. Dari Sumatera Barat ia pergi ke Tanjung Pinang, lalu menumpang dengan kapal ikan sampai ke Batam.
Ia pun mengurus bebas fiskal karena tidak punya uang sama sekali di Batam. Ia dipinjamkan uang hanya untuk sekadar hidup. Sampai di Singapura, Epyardi berkeliling ke mana-mana.
"Alhamdulillah karena berkat pertolongan Allah, karena niat saya ingin membantu ibu saya, 'mambangkik batang tarandam', menjadikan keluarga saya terhormat, Allah mempermudah. Akhirnya saya dapat pekerjaan,” ujar Epyardi.
Setelah mendapatkan pekerjaan, Epyardi menelepon orang yang ia pinjami uang untuk berangkat ke Singapura. Ia memberi tahu orang tersebut bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan, tetapi gaji pertamanya ia gunakan bukan untuk membayar utang, melainkan ia serahkan seluruhnya kepada ibunya.