Pakar UGM: Puskesmas perlu dikerahkan atasi pecandu judi online
Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Bagus Riyono mengatakan pemerintah melalui puskesmas yang tersebar di berbagai wilayah perlu dikerahkan untuk memulihkan pecandu judi online secara psikologis.
"Puskesmas perlu 'upgrading skill' untuk mengatasi orang yang kecanduan judi," kata Bagus dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pemerintah dapat memberikan kemudahan layanan psikologis bagi korban judi online, terutama yang berasal dari kalangan masyarakat rentan.
Dua karakter masyarakat rentan menurut Bagus yakni yang tidak pintar dan butuh uang.
"Ketika Psikolog sudah siap bisa dibuka layanan itu. Di sisi lain pemerintah bisa masuk untuk mengalihkan perhatian warga miskin yang terjebak. Diberikan modal bukan bantuan sosial tapi dengan bimbingan yang terarah dari pemerintah," ujar dia.
Fenomena judi di masyarakat, kata dia, bukan masalah baru karena sudah ada sejak lama, kendati cara bermainnya mengalami perubahan hingga merasuk ke dunia digital.
Menurut dosen psikologi itu, judi dianggap sebagai permainan mengasyikkan dan membuat ketagihan banyak orang karena dari Skinners Theory of Reinforcement, dikatakan ada penguat untuk melakukan yakni berupa insentif yang menimbulkan ekspektasi.
"Proses memanipulasi ekspektasi ini yang dimanfaatkan para bandar pada penjudi," ucap dia.
Orang bermain judi, kata Bagus, dipastikan memiliki ambisi untuk menang sehingga dapat dimanipulasi oleh bandar meski yang sering terjadi harapan yang besar berbanding terbalik dengan kenyataan.
"Karakteristik judi mengasyikkan. Muncul harapan, ekspektasi sampai lupa yang kita pertaruhkan uang dari mana. Orang kalau 'deg-degan' ada hormon dopamin yang membuat asyik," ujar Bagus.
Dia mengatakan manakala orang mudah mendapat modal berjudi, kalahpun akan merasa asyik.
"Banyak yang berharap besar, ekspektasi besar, tapi tak terwujud. Akhirnya memunculkan kasus sampai bunuh diri yang terjadi beberapa waktu belakangan," kata dia.
"Puskesmas perlu 'upgrading skill' untuk mengatasi orang yang kecanduan judi," kata Bagus dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pemerintah dapat memberikan kemudahan layanan psikologis bagi korban judi online, terutama yang berasal dari kalangan masyarakat rentan.
Dua karakter masyarakat rentan menurut Bagus yakni yang tidak pintar dan butuh uang.
"Ketika Psikolog sudah siap bisa dibuka layanan itu. Di sisi lain pemerintah bisa masuk untuk mengalihkan perhatian warga miskin yang terjebak. Diberikan modal bukan bantuan sosial tapi dengan bimbingan yang terarah dari pemerintah," ujar dia.
Fenomena judi di masyarakat, kata dia, bukan masalah baru karena sudah ada sejak lama, kendati cara bermainnya mengalami perubahan hingga merasuk ke dunia digital.
Menurut dosen psikologi itu, judi dianggap sebagai permainan mengasyikkan dan membuat ketagihan banyak orang karena dari Skinners Theory of Reinforcement, dikatakan ada penguat untuk melakukan yakni berupa insentif yang menimbulkan ekspektasi.
"Proses memanipulasi ekspektasi ini yang dimanfaatkan para bandar pada penjudi," ucap dia.
Orang bermain judi, kata Bagus, dipastikan memiliki ambisi untuk menang sehingga dapat dimanipulasi oleh bandar meski yang sering terjadi harapan yang besar berbanding terbalik dengan kenyataan.
"Karakteristik judi mengasyikkan. Muncul harapan, ekspektasi sampai lupa yang kita pertaruhkan uang dari mana. Orang kalau 'deg-degan' ada hormon dopamin yang membuat asyik," ujar Bagus.
Dia mengatakan manakala orang mudah mendapat modal berjudi, kalahpun akan merasa asyik.
"Banyak yang berharap besar, ekspektasi besar, tapi tak terwujud. Akhirnya memunculkan kasus sampai bunuh diri yang terjadi beberapa waktu belakangan," kata dia.