Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mendistribusikan bantuan air bersih kepada warga terdampak kekeringan yang diduga akibat jebolnya groundsill atau bangunan melintang di dasar sungai Srandakan beberapa waktu lalu.
"Itu prakiraan saya (penyebab kekeringan) dan kejadian itu telah dilakukan penilaian oleh teman-teman kami di lapangan, Rabu (2/7), kami juga sudah droping sebanyak 15 ribu liter air bersih," kata Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik dan Peralatan BPBD Bantul Antoni Hutagaol saat dikonfirmasi di Bantul, Kamis.
Menurut dia, bantuan 15 ribu liter air bersih dari pemerintah tersebut diperuntukkan bagi warga di tiga pedukuhan yang terdampak kekeringan, sehingga setiap pedukuhan mendapatkan 5.000 liter atau satu tangki air kapasitas 5.000 liter.
Menurut dia, warga yang terdampak kekeringan tersebut meliputi Pedukuhan Nengahan, Pedukuhan Srandakan, dan Pedukuhan Bendo. Setidaknya ada sekitar 1.500 jiwa yang terdapat di tiga pedukuhan terdampak kekeringan di Kecamatan Srandakan.
Dia mengatakan groundsill di Srandakan yang rusak, diduga membuat aliran air Sungai Progo dari utara langsung mengalir deras ke selatan. Sementara saat groundsill masih ada, aliran air lambat ke selatan, sehingga masih ada air yang masuk ke pinggiran sungai dan mengalir ke mata air.
"Selama enam tahun ini, warga tidak pernah terjadi kekeringan, bahkan saat kondisi kemarau lebih panjang dari pada sekarang, kondisi di Srandakan tergolong aman. Tetapi tahun ini kok malah terjadi kekeringan," katanya.
Dia mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan air saat ini warga harus mencari sumber air bersih yang ada di daerah sekitar. Namun, air yang didapat tidak maksimal, karena antara debit dengan kebutuhan tidak sesuai, terlebih di tiga pedukuhan terdampak kekeringan tidak ada jalur pipa air minum.
"Sebenarnya di sana ada satu sumur dengan memiliki kedalaman sekitar 15 meter. Kemarin juga ada yang berusaha melakukan pendalaman sumur, akan tetapi airnya keruh," katanya.
Guna penanganan lebih lanjut, saat ini pihaknya segera melakukan komunikasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) untuk melaporkan kondisi dan mencari kebenaran penyebab kekeringan di tiga pedukuhan yang diduga terdampak jebolnya groundsill.
"Di Srandakan ini sebenarnya tidak terdampak karena musim kemarau, karena, saat ini kan belum masuk musim kemarau, sehingga kita juga kaget ada laporan warga terdampak kekeringan," katanya.