Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiagakan tim reaksi cepat (TRC) selama 24 jam untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem di provinsi ini yang diperkirakan berlangsung hingga 21 Agustus 2025.
"Kalau TRC kita ini kan di Yogyakarta 24 jam, begitu ada laporan, pasti kita akan melakukan penanganan," ujar Manajer Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD DIY Julianto Wibowo di Yogyakarta, Rabu.
Julianto menyebut peringatan dini dari BMKG pada 19 Agustus memproyeksikan hujan sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di DIY, khususnya di Sleman bagian utara, Kulon Progo bagian tengah, Gunung Kidul bagian utara, dan Kota Yogyakarta.
Ia menjelaskan TRC bekerja tanpa henti melalui posko dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops). Sistem ini memungkinkan laporan dari kabupaten/kota langsung ditindaklanjuti.
"Pusdalops dan TRC itu sistem kerjanya 24 kali 7 (hari), jadi tidak ada liburnya," ujarnya.
Soal masih adanya potensi cuaca ekstrem, menurut dia, BPBD DIY sudah menekankan kesiapsiagaan ke BPBD kabupaten/kota sekaligus mengimbau warga melakukan langkah antisipasi secara mandiri.
"Masyarakat perlu memangkas dahan-dahan pohon yang rawan tumbang saat angin kencang serta membersihkan saluran-saluran got agar tidak menimbulkan genangan," katanya.
Terkait penanganan dampak cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang di DIY pada Selasa (19/8), menurut dia, masih bisa ditangani oleh masing-masing kabupaten/kota.
"Belum ada permintaan bantuan dari kabupaten/kota, sehingga provinsi cukup melakukan pemantauan," ujar Julianto.
Ia menambahkan, status darurat hingga kini belum ditetapkan karena dampak cuaca ekstrem belum meluas dan tidak ada kabupaten/kota yang mengeluarkan SK darurat.
"Kalau sudah ada dua kabupaten menetapkan status (darurat), kita akan menetapkan. Itu biasanya dampaknya besar dan genting kalau kecil-kecil tidak," kata dia.
Selain TRC, BPBD DIY juga mengoptimalkan peran Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan relawan lokal yang tersebar di kelurahan.
"FPRB bersama relawan menjadi bagian penting untuk menyampaikan peringatan dini dan langkah-langkah pengurangan risiko di masyarakat. Mereka adalah bagian dari Kelurahan Tangguh Bencana," urai Julianto.
Ia menuturkan koordinasi penanganan darurat melibatkan lintas instansi apabila diperlukan.
"Kalau memang peralatan dari TRC kurang, kita bisa meminta bantuan pada sektor lain yang mempunyai alat. Sudah terkondisikan kontak person masing-masing OPD," ujarnya.
Sebelumnya, hujan lebat disertai angin kencang melanda DIY pada Selasa (19/8) siang hingga sore yang mengakibatkan pohon tumbang, rumah rusak, talud longsor, serta 90 rumah tergenang di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul.
Analis Cuaca Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Slamet menjelaskan hujan lebat yang mengguyur DIY itu dipicu oleh fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia yang diperkirakan masih berlangsung hingga 21 Agustus 2025.
