Kerajinan bonggol jagung Sleman tembus pasar internasional

id bonggol

Kerajinan bonggol jagung Sleman tembus pasar internasional

Kerajinan dari limbah bonggol jagung yang diproduksi Stefanus Indri Sujatmiko warga Sleman. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman (Antara Jogja) - Kerajinan berbahan limbah bonggol jagung yang dikembangkan Stefanus Indri Sujatmiko warga Dusun Minggir II, Sendang Agung, Kecamatan Minggir, Kabupaten SLeman, Daerah Istimewa Yogyakarta mampu menembus pasar sejumlah negara.

"Selain pasar dalam negeri, produk-produk kerajinan dari limbah bonggol jagung ini saat ini telah menjangkau pasar yang lebih luas lagi, seperti negara-negara di Eropa, Jamaika, Kanada dan Australia," kata perajin limbah bonggol agung Stefanus Indri Sujatmiko, Sabtu.

Menurut dia, kerajinan bonggol jagung ini memanfaatkan limbah dari para petani yang banyak terdapat di wilyahnya yang selama ini hanya terbuang sia-sia.

"Namun bonggol jagung ini sebenarnya hanya modal bahan baku saja, yang lebih penting adalah ide, kreatifitas serta inovasi agar dapat bertahan dan memenuhi kebutuhan pasar," katanya.

Di tangan Stefanus ini limbah jagung yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis, mampu diubah menjadi karya seni yang memiliki nilai jual tinggi.

Bermodal bonggol jagung ini Stefanus berkreasi dan mencipta berbagai kerajinan seperti kap lampu, dekorasi interior rumah, tempat tisu hingga miniatur menara Eifel.

Ia mengatakan, dirinya mengawali usaha ini sejak 2015, awalnya usaha ini dirintis melalui pemasaran konvensional, dari mulut ke mulut dan kemudian berkembang dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi informasi.

"Selain membuka showrom `Giowari Putra Craft`, pemasaran juga dilakukan melalui internet untuk pembeli-pembeli dari luar kota atau luar negeri," katanya.

Stefanus mengatakan, untuk membuat karya seni dari bonggol jagung ini memang cukup rumit dan membutuhkan ketelatenan tersendiri serta memerlukan waktu yang cukup panjang.

"Pembuatan kerajinan ini diawali dengan pengumpulan bonggol, memilih bonggol yang sesuai, pengeringan, sampai proses finishing bisa memakan waktu hingga tiga bulan," katanya.

Ia mengatakan, dalam proses pembuatannya gonggol jagung yang sudah dihaluskan dipotong kecil-kecil kemudian disusun sedemikian rupa dan disesuaikan dengan model yang diinginkan.

"Tetapi tidak semata menggunakan bonggol jagung, kerajinan yang diciptakan juga harus dikombinasikan dengan bahan baku tambahan seperti akar kayu limbah yang hanyut di sungai, sehingga bisa menambah keindahan," katanya.

Produk kerajinan ini, kata dia, harganya bervariasi mulai dari Rp100 ribu hingga Rp2 juta tergantung model dan ukurannya. "Dalam satu bulan rata-rata omzet bisa mencapai Rp30 juta," katanya.V001

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024