Wamendikbud : Indonesia jangan hanya cetak "tukang" teknologi

id strategi kebudayaan, wamendikbud, Wiendu Nuryanti

Wamendikbud : Indonesia jangan hanya cetak "tukang" teknologi

Wakil Mendikbud Wiendu Nuryanti (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf/ed/mes/11.)

Yogyakarta (ANTARA News) - Strategi kebudayaan di Indonesia ke depan bukan hanya mencetak masyarakat menjadi "tukang-tukang" teknologi, tetapi juga harus mampu menjadi penemu, kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti.

"Dengan kata lain, mampu mendidik masyarakat untuk berpikir, berkata, dan bertindak yang benar. Dengan demikian, masyarakat Indonesia mampu mengkolaborasikan antara produk budaya dengan teknologi yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia dalam pidato Dies Natalis Ke-66 Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), kegagalan dalam pembangunan teknologi adalah ketika masyarakat cenderung berpikir bahwa teknologi harus selalu diambil dari luar lingkungan mereka.

"Mereka tidak berpandangan untuk menggali dan memanfaatkan teknologi yang tumbuh dari `rumah` atau lingkungan kita sendiri. Teknokrat sering berpikir praktis pada kemudahan penerapannya, tetapi mengabaikan kesesuaian penerapannya terhadap konteks dan nilai-nilai di masyarakat," katanya.

Ia mengatakan meskipun harus mengadopsi teknologi dari luar, pemanfaatan dan penerapan teknologi tersebut harus dapat diterima secara sosial dan berakar kuat dalam sistem dan nilai-nilai di masyarakat, sehingga keberadaannya dapat bertahan dalam jangka panjang.

Namun, kata dia, yang sering dilupakan adalah ketika teknologi diterapkan ternyata tidak sesuai dengan konteks dan nilai-nilai masyarakat.

Menurut dia, pada abad ke-21, bangsa Indonesia harus mulai melakukan pendekatan yang lebih holistik dalam pengembangan dan penerapan teknologi.

"Hal itu antara lain membutuhkan pergeseran paradigma besar khususnya dalam mengontrol alam, kesadaran terhadap ekosistem, pelestarian budaya dan pemulihan lingkungan, dan pola pikir baru yang mendasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan," kata Guru Besar Fakultas Teknik UGM itu.

Namun, kata dia, seiring dengan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam penerapannya kurang memperhatikan atau tanggap terhadap dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang bermuara pada kerusakan lingkungan alam.

"Pada titik itu muncul kesadaran sebuah bangsa dalam pengembangan iptek yang berbasis pada harkat dan kemanusiaan. Kebudayaan Indonesia yang sesungguhnya adalah kunci utama dalam menghadapi tantangan zaman, pergaulan internasional, dan fundamental filosofis mengembangkan teknologi apa pun," katanya.

(L.B015*H010/M008)