Jogja (ANTARA Jogja) - Sasana Wushu Sinduadi Yogyakarta berhasil melakukan pembinaan atlet, karena telah melahirkan beberapa pewushu yang memiliki prestasi internasional, kata Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas Pratama Surya Darma.
"Beberapa atlet binaan Sasana Sinduadi yang memiliki prestasi internasional itu di antaranya Ivana Adelia Irmanto peraih medali perak Asian Games, dan Felicia peraih medali emas dan perunggu kejuaraan dunia wushu," katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia di sela meninjau tempat latihan, fasilitas, dan program pelatihan atlet di Sasana Wushu Sinduadi, prestasi itu perlu diapresiasi, karena sasana milik Wakil Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Wushu Indonesia (WI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Andi S tersebut melakukan pembinaan atlet secara mandiri.
"Pak Andi orang yang luar biasa, karena memiliki iktikad baik dan dedikasi yang tinggi dalam memajukan olahraga wushu. Dia membangun sarana latihan wushu berstandar internasional dan mempunyai program yang baik sehingga mampu melahirkan atlet-atlet yang tidak hanya berprestasi di tingkat nasional tetapi juga internasional," katanya.
Ia mengatakan atlet-atlet binaan Sasana Sinduadi tidak hanya berprestasi di cabang olahraga wushu tetapi juga sukses dalam menempuh pendidikan. Di antara mereka ada yang telah lulus kuliah jenjang strata satu (S1) atau sarjana dengan indek prestasi kumulatif (IPK) di atas tiga, bahkan ada yang sedang menempuh program strata dua (S2).
"Saya berharap kiprah Pak Andi itu dapat diikuti oleh warga lain dengan melakukan pembinaan cabang olahraga secara mandiri dalam upaya memajukan olahraga nasional di kancah internasional demi mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia," katanya.
Andi mengatakan, saat ini ada tiga atlet wushu yang masuk Program Indonesia Emas (Prima) Pratama dalam binaan Sasana Sinduadi. Ketiga atlet wushu itu adalah Kamelia, Jessica, dan Felicia.
"Mereka dilatih oleh beberapa pelatih lokal dan seorang pelatih asing dari China. Sebenarnya kami masih membutuhkan lagi minimal dua pelatih dari China untuk lebih meningkatkan kemampuan para atlet," katanya.
Menurut dia, saat ini Sasana Sinduadi hanya memiliki seorang pelatih dari China dengan aliran atau gaya utara. Padahal, idealnya harus ada pelatih dari China dengan aliran atau gaya selatan dan taichi.
"Jika memang kami mau dibantu oleh Satuan Pelaksana (Satlak) Program Indonesia Emas (Prima) Pratama, yang kami butuhkan adalah pelatih dari China untuk aliran atau gaya selatan dan taichi," katanya.
(B015)