Sleman (ANTARA Jogja) - Kelompok Tani "Murih Mulyo" di Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil mengembangkan budi daya tanaman obat jahe di lahan kritis wilayah setempat.
Bupati Sleman Sri Purnomo bersama Kepala Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Nanang Suwandi di Sleman, Selasa, berkesempatan panen raya tanaman obat yang dibudidayakan kelompok tani di Dusun Klumprit 1, Desa Wukirjarjo tersebut.
"Lahan jahe milik Kelompok Tani "Murih Mulyo" ini seluas tujuh hektare dari total 44 hektare lahan pengembangan tanaman obat di wilayah Kecamatan Prambanan," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Riyadi Martoyo.
Menurut dia, tanaman jahe yang ditanam kelompok tani itu ada tiga macam, yakni jahe emprit, jahe merah, dan jahe gajah.
"Jahe emprit memiliki nilai jual tertinggi karena rasa pedasnya. Dipasaran, harga normal untuk jahe ini berkisar Rp15.000 hingga Rp25.000 per kilogram, namun pada saat harga naik bisa mencapai Rp40.000. Jahe tersebut dibudidayakan dengan sistem tumpang sari," katanya.
Ia mengatakan, jahe konsumsi dapat dipanen saat rimpang berumur 8-10 bulan, sedangkan jahe yang digunakan untuk bibit setidaknya harus berumur 11 bulan.
Selain tanaman jahe, kelompok tani itu juga menanam kencur, temulawak, dan kunir. Pola tanam jahe menggunakan sistem tumpang sari dengan cabai dan selada sehingga pengairan dapat digunakan dengan maksimal.
Sri Purnomo dalam kesempatan tersebut menyampaikan kekagumannya terhadap para petani karena dapat memanfaatkan lahan yang ada, dengan sistem tumpang sari.
"Terlebih lagi tanaman yang dikembangkan adalah organik. Dari hasil panen tanaman obat tersebut oleh masyarakat diolah menjadi produk instan sehingga meningkatkan nilai jual," katanya.
Ia juga mengharapkan, masyarakat Wukirharjo tetap mempertahankan memelihara sapi dan kambing sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi wilayah Sleman.
"Terlebih nilai jual pupuk organik saat ini mulai meningkat," katanya.
Dalam sesi tanya jawab anggota kelompok dengan Bupati Sleman, masyarakat meminta pemerintah membantu pengairan di wilayah Wukirharjo karena selama ini sistem pengairan yang digunakan hanya mengandalkan sumur renteng.
Bupati Sleman menyanggupi permintaan itu, akan tetapi masyarakat diminta sabar serta bisa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk sementara waktu sampai dengan pengadaan pengairan terlaksana.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi DIY Nanang Suwandi mengatakan bahwa saat ini dan pada masa mendatang produk herbal cenderung lebih disukai orang.
"Karena itu tentu saja produk herbal makin lama makin meningkat permintaannya yang membuka peluang masyarakat untuk mengembangkannya. Hanya saja yang perlu dipikirkan adalah bagimana produk tanaman obat ini dapat dipanen lebih sering," katanya.
(V001)
Petani Sleman budi daya jahe lahan kritis

Tanaman jahe (Foto teknikcarabudidaya.blogspot.com)