Tujuh negara ikuti AICIS 2012 di Surabaya

id iain

Surabaya (ANTARA Jogja) - Sejumlah ahli studi Islam dari tujuh negara mengikuti Konferensi Tahunan Internasional tentang Studi Islam atau "Annual International Conference on Islamic Studies" XII/2012 di Surabaya, 5-8 November.

"Pembicara tamu yang kami undang memang dari sejumlah negara, yakni Irak, Maroko, Rusia, Jerman, Mesir, Malaysia, dan Indonesia sendiri selaku tuan rumah," kata Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Abd. A'la MAg, di Surabaya, Senin.

Sejumlah pembicara tamu dari luar negeri antara lain Dr Ali Allawi (mantan Menteri Pertahanan Irak), Dr Mariam Ait Ahmed Ouli (Universitas Ibn Tofayl Quneitra, Maroko), dan Prof Dr Sc. Efim A. Rezvan (Akademi Sains, Rusia).

Selain itu, Prof Dr Fritz Schulze (Universitas Goettingen, Jerman), Prof Dr Abd Raheem Kurdy (Direktur Pusat Bahasa Arab dan Terjemahan Universitas Terusan Suez, Mesir), Prof Dr Abdul Kareem (Malaysia), dan sebagainya.

Untuk pembicara dari Indonesia, antara lain Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Prof Nur Syam MSi, dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI.

Selain itu, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Abd. A'la, Rektor IAIN Sumatera Utara Prof Dr Nur Ahmad Fadhil Lubis, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat, dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Azumardi Azra.

"Topik yang dibahas dalam konferensi itu antara lain Pendidikan Islam di Persimpangan Jalan, Hukum Islam dan Politik Konstitusionalisme, Quo Vadis Komunikasi Islam (Dakwah), Sastra Islam dan Budaya Populer, Teologi Islam antara Perdamaian dan Konflik, Prospek Ekonomi Islam, Integrasi Ilmu Agama dan Sains, dan sebagainya," katanya.

Menurut dia, Studi Islam mengalami perkembangan signifikan, bahkan perhatian dunia akademik telah mengambil spektrum yang cukup luas untuk mewadahi Islam sebagai sebuah objek kajian.

"Akibatnya, kajian normatif kini tidak lagi menjadi perspektif dominan dalam kajian akademik atas Islam, namun terdapat perkembangan yang menarik dalam dunia akademik dengan melihat Islam dari berbagai perspektif. Spektrumnya pun semakin meluas," katanya.

Kini, penelitian atas Islam memiliki perspektif yang beragam, di antaranya perspektif politik, sosiologi, ekonomi, budaya populer hingga sains.

"Interaksi Muslim Indonesia menjadikan Islam Indonesia tidak steril dari proses mempengaruhi dan dipengaruhi. Produk dari ekspresi Islam di berbagai ranah di atas, dalam faktanya, dikonsumsi juga oleh masyarakat Muslim di luar Indonesia, seperti Malaysia dan Singapura," katanya.

Selain itu, perkembangan yang terjadi di luar juga masuk dan mempengaruhi perkembangan di internal Islam Indonesia. "Proses seperti ini bisa semakin memperkaya perkembangan Islam Indonesia pada satu sisi, dan bisa pula mengancam kekayaan khas internal Islam Indonesia," katanya.

Oleh karena itu, AICIS yang dulu disebut "Annual Conference on Islamic Studies" (ACIS) di Surabaya yang diikuti 1.500 tamu dan peserta akan diarahkan untuk menggali kembali khasanah studi Islam sebagaimana telah dikembangkan oleh lembaga pendidikan tinggi Islam di Indonesia.
(E011)