Jepang tujuan utama ekspor kerajinan rotan Bantul

id kerajinan rotan

Jepang tujuan utama ekspor kerajinan rotan Bantul

Aneka kerajinan tas dari rotan (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Negara Jepang menjadi tujuan utama ekspor produk kerajinan rotan yang di hasilkan perajin dari Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Sejak 2011 sampai saat ini ekspor kerajinan rotan ke Jepang lebih mendominasi dibanding negara tujuan ekspor lainnya," kata pemilik industri kerajinan rotan di jalan Imogiri, Wukirsari Bantul, "Anggun Rotan" Panut Mulyawiyata, Sabtu.

Menurut dia dari kapasitas produksi per bulan rata-rata sebanyak 1.500 sampai 2000 buah kerajinan sekitar 40 persen diekspor, aneka kerajinan yang diekspor tersebut, sekitar 60 persen diekspor ke Jepang.

"Sisanya diekspor ke negara lain seperti ke sebagian Irak dan Iran. Sedangkan untuk pasar domestik di dominasi ke daerah Jakarta, Surabaya dan Bali, kami rutin mengirim kerajinan tiap dua minggu sekali," katanya.

Ia mengatakan, berbagai negara tujuan ekspor tersebut memesan kerajinan melalui kantor perwakilan yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga secara teknis urusan transaksi tidak ada kesulitan.

Menurut dia, industri kerajinan rotan yang dirintis sejak 2004 lalu ini berawal dari keinginannya untuk lebih berkembang dari sebelumnya yang bekerja sebagai buruh industri yang bergerak di bidang permebelan.

"Saya mulai usaha sendiri tapi bukan di mebel, tapi di kerajinan rotan, kebetulan saya mempunyai jaringan, dan saya bersyukur usaha bisa berkembang," katanya.

Ia mengatakan, setidaknya saat ini usahanya bisa mempekerjakan sebanyak 42 orang yang membuat aneka kerajinan rotan mulai dari tas, keranjang dan kerajinan untuk asesoris rumah lainnya.

"Selain desain kerajinan dari kami sendiri, kami juga menerima desaian sesuai permintaan, jadi untuk model tas bisa berbagai macam, saat ini rotan dengan campuran vinel yang lebih tren," katanya.

Ia mengatakan, berbagai kerajinan rotan produksinya dijual dengan kisaran Rp50.000 sampai Rp200.000 per buah tergantung ukuran dan tingkat kesulitan anyaman serta campuran bahan lain seperti vinel maupun kulit.

Ia berupaya mempertahankan kontiunitas pasar dengan menjalin mitra yang sudah menjadi relasinya, agar tetap dapat memberikan kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang merupakan warga setempat.

"Apalagi bahan baku rotan, tidak mengalami kesulitan karena bisa didatangkan dari luar daerah seperti Jepara dan Kalimantan yang merupakan sentra penghasil rotan," katanya.

(KR-HRI)