Jogja (Antara Jogja) - Ilmu dan teknologi pengelasan dinilai penting bagi pengembangan industri manufaktur di Indonesia, karena sebagian besar proses produksi di industri permesinan dan struktur menggunakan teknik pengelasan.
"Teknik pengelasan logam merupakan salah satu proses manufaktur yang banyak digunakan di berbagai industri," kata Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Mochammad Noer Ilman di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, selain di bidang otomotif, teknik pengelasan logam juga digunakan di perpipaan, perkapalan, jembatan, bangunan lepas pantai, bahkan akhir-akhir ini digunakan untuk menyambung panel-panel pada bodi pesawat terbang (faselage).
"Pemakaian las itu lebih luas dibandingkan dengan teknik penyambungan lainnya. Selain konstruksi mesin/struktur menjadi ringan, las dapat dibuat dengan kekuatan tarik mendekati atau bahkan melebihi logam induknya, keandalan tinggi, dan proses pengelasan relatif mudah dilakukan," katanya.
Ia mengatakan keunggulan lainnya adalah pekerjaan pengelasan dapat dilakukan robot dan otomatisasi seperti di industri otomotif sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif, menghasilkan produk dengan presisi tinggi, serta pekerjaan yang berbahaya dan sulit dikerjakan secara manual oleh manusia dapat dilakukan dengan mudah.
Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi dasar dalam pemilihan las sebagai teknik penyambungan pada proses perakitan di industri manufaktur. Biaya total pengelasan meliputi biaya peralatan las, tenaga kerja, material, dan energi.
"Pada kondisi di mana industri manufaktur dituntut lebih kompetitif dan konsumen menuntut produk yang berkualitas tetapi murah, maka pemakaian robot dalam proses pengelasan merupakan salah satu alternatif untuk menekan komponen biaya tenaga kerja seperti pada industri otomotif," katanya.
Ditinjau dari kepentingan nasional, kata dia, beberapa industri manufaktur dapat dikelompokkan sebagai industri strategis.
Industri strategis yang menekankan penguasaan teknologi untuk kepentingan nasional dalam upaya menciptakan kemandirian dalam bidang teknologi maupun pertahanan dan keamanan negara.
"Industri strategis itu meliputi industri yang terkait dengan kepentingan wilayah kelautan, udara, darat, dan lingkungan hidup seperti industri perkapalan, kedirgantaraan, dan permesinan," katanya.
Ia mengatakan pada era globalisasi, industri strategis itu dituntut padat modal, melakukan inovasi, dan bersifat integratif agar mampu bersaing di tingkat regional dan internasional.
Industri strategis membutuhkan "added cost" yang cukup tinggi terutama untuk kepentingan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan "added value" sebesar-besarnya.
"Oleh karena itu peranan ilmu dan teknologi pengelasan sangat penting dalam pengembangan industri strategis di Indonesia," kata Ilman.
(B015)
Berita Lainnya
Kemenperin memperluas ekspor industri halal lewat pameran skala global
Kamis, 28 November 2024 11:30 Wib
Ahli dan praktisi bertemu di IRC 2024 bahas keberlanjutan industri karet
Rabu, 20 November 2024 0:33 Wib
DP3 Sleman apresiasi industri pengolahan serap susu dari peternak lokal
Senin, 18 November 2024 9:47 Wib
Komisi XI DPR minta Apple melakukan investasi dan tingkatkan kontribusi
Minggu, 17 November 2024 11:57 Wib
Mendag sebut Permendag 8 lindungi industri tekstil
Kamis, 31 Oktober 2024 14:31 Wib
Menperin sebut RI membawa kesepakatan bisnis 10 juta dolar AS dari MWO Jepang
Jumat, 11 Oktober 2024 21:00 Wib
Kemenperin sebut sedang proses sertifikasi TKDN Iphone 16
Senin, 7 Oktober 2024 19:21 Wib
Komnas PT nilai cukai rokok perlu naik sampai efektif kendalikan konsumsi
Kamis, 3 Oktober 2024 14:15 Wib