Syafi'i berharap Ba'asyir berlapang dada mengakui Pancasila

id syafii

Syafi'i berharap Ba'asyir berlapang dada mengakui Pancasila

Syafii Maarif (Foto antaranews.com)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafi'i Maarif berharap narapidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir berlapang dada mengakui Pancasila sebagai ideologi NKRI.
     
"Saya berharap Pak Ba'asyir agak berlapang dada lah. Dia warga negara kita jadi harus tunduk pada konstitusi dong," kata Syafii seusai acara Seminar Internasional bertajuk "Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia" di Balai Senat, UGM, Yogyakarta, Jumat.
     
Penolakan Ba'asyir untuk menandatangani surat pernyataan setia kepada Pancasila, menurut dia, membuat situasi serba dilematis karena menjadi kendala pemerintah untuk membebaskan dirinya dari penjara.
     
Meski Ba'asyir terkesan biasa saja, Syafi'i khawatir apabila dia sampai meninggal di dalam penjara mengingat usianya yang sangat tua, akan memicu kemarahan dari para pengikutnya.
     
"Memang dilematis dia sudah sangat tua tetapi diajak tidak mau. Saya tidak tahu bagaimana penyelesaiannya ini tetapi harus ada solusi sebab yang ditakutkan umpamanya dia meninggal di penjara nanti pengikutnya 'ngamuk'. Itu yang saya khawatirkan," kata dia.
      
Menurut Syafi'i, sikap penolakan terhadap Pancasila telah ditunjukkan Ba'asyir sejak Tahun 80-an. Hal itu, menurut dia, didasari keengganan Ba'asyir menerima pendapat lain selain yang ia percayai.
      
"Dia telah bersikap sejak Tahun 80-an begitu itu, yang repot dia tidak mau menerima pendapat lain. Dia merasa benar sendiri. Sebenarnya semestinya di negara Pancasila sebagai warga negara yang sadar dia harus terima dong, apa keberatannya mengakui Pancasila," kata Syafi'i yang juga anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.
      
Kabar pembebasan Ba'asyir muncul pertama kali dari unggahan penasihat hukum pasangan Jokowi-Ma'ruf, Yusril Ihza Mahendra, pada akun Instagram @yusrilihzamhd.
      
Keputusan tersebut mendapat reaksi kontra dari sejumlah kalangan karena dikhawatirkan Ba'asyir masih memiliki efek di kalangan jamaah yang se-ideologi dengan dia.