Omzet pedagang kaki lima Malioboro menurun

id malioboro,pkl

Omzet pedagang kaki lima Malioboro menurun

Seorang pedagang kaki lima menunggu lapak dagangannya di kawasan sentra wisata belanja Malioboro, Yogyakarta, Senin. (Foto Antara/Riski Apriliani Johan)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Omzet para pedagang kaki lima di kawasan sentra wisata belanja Malioboro, Kota Yogyakarta rata-rata mengalami penurunan sejak memasuki awal 2019.
     
"Penjualan menurun, pemasukan juga menurun," kata Suparmi, salah seorang pedagang kaki lima di Malioboro, Yogyakarta, Senin.
     
Menurut padagang baju anak-anak ini, tren penjualan pada awal tahun ini berbeda jika dibandingkan dengan akhir tahun 2018. "Akhir tahun kemarin bisa menjual dua kali lipat," kata dia.
     
Penurunan omzet juga diakui Dayat, pedagang sandal di kawasan Maliboro. Menurut dia, penjualan cenderung sepi, khususnya saat hari-hari biasa.
     
"Hari biasa seperti ini sepi, berbeda seperti libur akhir tahun kemarin sendal bisa terjual sekitar 100 pasang," kata Dayat yang mengaku mampu meraup omzet Rp1 juta per hari ini.
     
Pedagang kaki lima lainnya, Rahmat mengaku omzetnya merosot 10-20 persen sejak awal tahun ini.
     
Rahmat yang membuka lapak dagangannya mulai pukul 09.00 WIB hingga 22.00 WIB itu rata-rata hanya mampu menjual sekitar 30 potong baju per hari.
     
Menurut penjual aneka jenis kaus ini, penjualan sangat berbeda jika dibandingkan saat hari libur yang dapat menjual hingga 60 potong baju per hari.
     
Sementara itu, Retno, salah seorang pedagang aksesori di kawasan Malioboro mengaku meski penjualannya sedikit menurun, tetapi dapat dikatakan masih stabil.
     
"Memasuki awal tahun ya biasa saja, alhamdulillah tetap stabil," kata Retno yang menjual berbagai jenis aksesori seperti gelang, kalung, gantungan kunci, dan lain-lain ini.
     
Retno mengatakan saat ini rata-rata dapat menjual sekitar 20 paket gantungan kunci per hari.
     
Menurut dia, pembeli paling banyak berasal dari kalangan anak sekolah dan ibu-ibu yang berlibur ke Yogyakarta.
     
Saat musim liburan, Retno mengaku memasang tarif berbeda kepada pembeli untuk setiap barang yang dijualnya.
     
"Misalnya gantungan kunci, kalau anak-anak sekolah kita kasih harga lebih murah Rp10.000. Kalau ibu-ibu atau bapak-bapak harga gantungan kuncinya jadi Rp15.000," kata Retno yang telah berdagang berbagai jenis aksesori selama hampir 15 tahun ini.


 
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024