Pedestrian Code Gumreget akan diteruskan hingga Jembatan Kewek

id Sungai Code, jalan inspeksi

Pedestrian Code Gumreget akan diteruskan hingga Jembatan Kewek

Perwakilan Asian Infrastructure Investment Bank berkunjung ke Pedestrian Code Gumreget di Kelurahan Suryodiningratan Yogyakarta untuk melihat hasil program penataan kawasan kumuh khususnya di bantaran sungai. (Foto Antara/Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Warga Kelurahan Suryatmajan Yogyakarta yang berada di bantaran Sungai Code berkomitmen untuk meneruskan penataan bantaran sungai yang kemudian disebut Pedestrian Code Gumreget hingga ke arah Jembatan Kewek.

“Penataan sudah mulai dilakukan dari Jembatan Jambu dengan membangun jalan inspeksi selebar tiga meter. Untuk saat ini, sudah terbangun sekitar 200 meter, masih kurang 300 meter lagi hingga Jembatan Kewek,” kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Suryatmajan Suparyanto di sela kunjungan perwakilan Asian Infrastructure Investment Bank Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, dengan tersambungnya akses jalan inspeksi dari Jembatan Jambu ke Jembatan Kewek akan semakin memberikan banyak keuntungan kepada warga di kawasan tersebut, di antaranya meningkatkan perekonomian warga, meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan aksesibilitas, dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Ia menyebut, sudah memiliki “detail engineering design” (DED) atau perencanaan penataan kawasan di bantaran Sungai Code lengkap dengan perkiraan anggaran yang dibutuhkan. 

“Oleh karena itu, kami membutuhkan bantuan dari berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, akademisi untuk meneruskan penataan. Yang pasti, warga di bantaran sungai sepakat dan siap untuk ditata,” katanya.

Suparyanto menyebut, meskipun pekerjaan besar yang dilakukan adalah membangun jalan inspeksi, namun ada sejumlah konsekuensi lain yang juga harus diselesaikan, seperti membangun kembali rumah warga yang terdampak jalan inspeksi.

Sebelum ditata, jalan di sepanjang bantaran sungai hanya memiliki lebar sekitar satu meter, dan setelah ditata menjadi tiga meter. Rumah warga pun terpaksa dipotong sekitar dua meter dan diganti menjadi rumah berlantai dua dari sebelumnya rumah tinggal satu lantai.

“Pekerjaan fisik ini yang membutuhkan dana cukup besar. Ada sekitar 30 rumah yang terdampak untuk membangun jalan inspeksi sepanjang 200 meter,” katanya yang memperoleh asistensi teknis dari salah satu perguruan tinggi dalam perencanaan penataan kawasan.

Jalan inspeksi dibangun dengan cukup rapi memanfaatkan material batu alam berwarna hitam. Di beberapa titik terdapat kursi-kursi taman dan juga spot swafoto. 

Proses penataan bantaran sungai tersebut dilakukan melalui program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Dana yang digelontorkan oleh pemerintah untuk penataan bantaran sekitar 200 meter mencapai Rp2 miliar  yang diterima pada 2016 dan 2017, ditambah swadaya masyarakat senilai Rp200 juta. 

Infrastruktur yang dibenahi tidak hanya jalan inspeksi tetapi juga sistem drainase, ruang terbuka hijau publik, perbaikan rumah tidak layak huni, penyediaan biofil, pos bencana dan juga toilet umum.

“Setelah jalan inspeksi ini terbangun, masyarakat pun sepakat tidak boleh ada kendaraan bermotor yang lewat termasuk sepeda motor karena jalan inspeksi ini juga dimanfaatkan sebagai ruang publik,” katanya.

Suparyanto berharap, pihak Asian Infrastructure Investment Bank dapat melihat keberhasilan dari penataan bantaran sungai dan kemudian bisa memberikan bantuan untuk meneruskan proyek hingga tuntas. “Perkiraan dana yang dibutuhkan untuk penataan bantaran hingga Jembatan Kewek mencapai Rp3 miliar,” katanya.

Selain untuk meningkatkan kualitas lingkungan, Suparyanto berharap, penataan bantaran sungai juga bisa mendukung pengembangan kampung wisata di lokasi tersebut.

Sementara itu, Camat Danurejan Antariksa Agus Purnomo memberikan apresiasi kepada masyarakat yang memiliki kesadaran untuk ditata dengan program “mundur munggah madep kali” (M3K) atau memundurkan menaikkan dan menghadapkan rumahnya ke arah sungai.

“Harapannya, program ini bisa memberikan manfaat kepada masyarakat baik dari sisi peningkatan kualitas lingkungan, tempat hunian yang lebih sehat dan aspek pemberdayaannya. Memang ada yang belum terselesaikan sehingga perlu dilanjutkan,” katanya. 

Warga yang rumahnya terdampak pembangunan jalan inspeksi kini tinggal di rumah dua lantai. Lantai pertama banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan usaha seperti berjualan makanan, dan lantai dua dimanfaatkan sebagai hunian.

Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024