Populasi orangutan kalimantan di Taman Safari Prigen bertambah

id Orangutan, Nadia, Populasi Orangutan, Orangutan TSI, Taman Safari Indonesia

Populasi orangutan kalimantan di Taman Safari Prigen bertambah

Bayi orangutan bernama Nadia di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Senin (20/5/2019). (Antara Jatim/ Zabur Karuru)

Surabaya (ANTARA) - Populasi satwa orangutan di Taman Safari Prigen (TSP), Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur bertambah dengan lahirnya bayi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) bernama Nadia.

Dokter hewan Rumah Sakit Satwa TSP Yayan Oki Satyan saat dikonfirmasi, Senin, mengatakan, dengan kelahiran Nadia, populasi satwa yang termasuk dilindungi ini berjumlah 26 ekor di TSP, dan bayi Nadia lahir dari induk bernama Naning pada 28 Oktober 2017.

"Naning, induk Nadia, saat ini berusia sekitar 35 tahun. Kira-kira masih bisa melahirkan sekali lagi sebelum memasuki masa menopause," ujarnya.

Bayi Nadia saat ini masih dalam masa perawatan di Rumah Sakit Satwa TSP setelah disapih induknya sejak berusia delapan bulan.

Menurut Yayan, bayi Nadia masih membutuhkan asupan nutrisi yang baik sehingga perlu pengawasan perawatan di Rumah Sakit Satwa TSP.

"Selain perawatan terhadap Nadia, kami juga melakukan evaluasi kesehatan secara keseluruhan setiap bulan. Kami sangat memperhatikan kelangsungan dan keberlanjutan hidup bagi satwa tersebut," katanya.

Bayi Nadia kini berusia 1,8 tahun dan dinyatakan dalam kondisi sehat.

Kurator TSP drh Ivan Chandra menandaskan pertumbuhan bayi Nadia yang dalam kondisi sehat merupakan salah satu bukti keberhasilan breeding di TSP.

"Apalagi orangutan sudah termasuk satwa dalam kategori zona merah, yang artinya terancam punah. Secara global populasi orangutan di Indonesia mengalami penurunan secara signifikan," katanya.

"Tentu kabar kelahiran Nadia ini sangat membahagiakan, namun TSP sebagai lembaga yang memfokuskan diri dalam konservasi satwa, tak berpuas diri, dan justru akan menjadi penyemangat untuk terus melanjutkan kegiatan breeding dari berbagai jenis satwa yang terancam punah lainnya," ucapnya.
Baca juga: Pembangunan kawasan pantai sebabkan habitat kera tergeser

Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024