Kulon Progo diminta menambah fasilitas "glamping" di Bukit Menoreh

id Glamping,DPRD Kulon Progo,Kulon Progo,Bukit Menoreh

Kulon Progo diminta menambah fasilitas "glamping" di Bukit Menoreh

Objek wisata Nglinggo Kabupaten Kulon Progo berbasis ekonomi kreatif dan budaya. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhtarom Asrori meminta pemerintah setempat melalui Dinas Pariwisata menambah fasilitas pendukung seperti area glamping  atau tempat untuk berkemah dengan fasilitas modern dan mewah di objek wisata kawasan Bukit Menoreh.

Muhtarom Asrori di Kulon Progo, Selasa, mengatakan objek wisata yang dikelola pemerintah kabupaten di kawasan Bukit Menoreh yakni Gua Kiskendo, Waduk Sermo, Puncak Suroloyo, dan kawasan Kebun Teh Nglinggo dan Tritis.

"Objek wisata yang dikelola pemkab cukup bagus, hanya saja belum mampu menarik wisatawan dalam jumlah banyak sehingga perlu ada tambahan fasilitas area glamping yang dapat dimanfaatkan wisatawan berlibur dan menginap," kata Muhtarom.

Glamping kependekan dari glamorous and camping adalah tempat untuk berkemah dengan fasilitas modern dan mewah.

Ia juga berharap objek wisata yang dikelola pemkab di wilayah utara atau kawasan Bukit Menoreh harus berbasis budaya. Kemudian membangun glamping seperti di De Loano. Di Suroloyo dan Gua Kiskendo perlu kajian pengembangan glamping supaya wisatawan dapat menikmati suasa alam, budaya dan wisata bersejarah atau mitos.

"Tujuan akhir ini adalah menggerakkan masyarakat di semua sektor, yakni ekonomi, budaya, dan sosial. Hasil akhir akhirnya kita berharap mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat," katanya.

Kemudian, pengembangan Waduk Sermo memang bukan hal perkara mudah, karena berada di kawasan suaka margasatwa di bawah BKSDA Yogyakarta dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun demikian, Dispar bisa membuat perencanaan pengembangan kawasan Sermo berbasis kepedulian terhadap hutan. Di kawasan Waduk Sermo ditanami bunga-bunga yang indah.

"Itu semua butuh  kemauan, dan kebijakan yang serius," katanya.

Muhtarom mengatakan seperti ketahui bersama, Kulon Progo hanya memiliki potensi sumber daya alam andesit yang akan habis dieksplorasi. Untuk itu, dengan adanya Bandara Internasional Yogyakarta, harus mengandalkan sektor industri pariwisata sebagai garda terdepan dalam mendongkrak perekonomian masyarakat.

"Mau tidak mau, sektor pariwisata harus menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat," katanya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Wisata Dinas Pariwisata Kulon Progo Yudono mengatakan saat ini, Kulon Progo sedang mengembangkan pariwisata berbasis budaya, tetapi tidak menutup kemungkinan mengembangkan wisata kuliner.

"Kami sedang promosikan wisata kuliner supaya menjadi tujuan wisata baru di Kulon Progo," kata Yudono.

Ia mengatakan salah satu wisata kuliner yang mulai dirintis, yakni wisata kuliner coklat dan pegagan di Kalibawang dan wisata kopi di Samigaluh. Dispar sudah mempromosikan wisata kuliner tersebut ke berbagai instansi dan agen wisata. "Wisata kuliner sudah kami promosikan," katanya.

Menurut dia, wisata kuliner ini belum banyak dilirik oleh masyarakat dan investor. Hal ini memang menjadi pekerjaan rumah bagi Dispar untuk menggiatkan promosi potensi wisata kuliner di Kulon Progo. "Promosi sudah kami gencarkan, namun memang belum ada tanggapan," katanya.