FKKMK UGM mendorong cakupan pengawasan genomik di Indonesia diperluas
Yogyakarta (ANTARA) - Wakil Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM Bidang Penelitian dan Pengembangan, dr. Yodi Mahendradhata mendorong pemerintah memperbanyak sistem pengawasan genomik atau genomic surveillance untuk mencegah virus corona jenis baru seperti B117 masuk ke Indonesia.
"Yang diperlukan adalah memperluas cakupan 'surveillance' kita sehingga kalau ada mutasi-mutasi seperti itu kita bisa mendeteksi lebih dini sebelum itu meluas," kata Yodi saat ditemui di FKKMK UGM, Yogyakarta, Selasa.
Menurut Yodi, pengawasan genomik di Indonesia masih sangat terbatas. Hanya pusat-pusat penelitian tertentu termasuk Pokja Genetik FKKMK UGM yang dapat melakukan pemeriksaan sampel dengan metode 'whole genome sequencing' atau pengurutan keseluruhan genom pada virus untuk melacak bagian yang mengalami mutasi atau perubahan materi genetik.
"Di Inggris itu luar biasa massif melakukan itu. Di tempat kita masih sangat terbatas," kata dia.
Dengan pengawasan genomik virus lebih awal, menurut Yodi, pemerintah serta akademisi dapat melakukan penelitian untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan apabila ditemukan SARS CoV-2 dengan varian baru.
Titik pengawasan genomik virus, menurut dia, idealnya bisa mencakup lokasi masuknya para pendatang dari luar negeri maupun di pusat-pusat mobilitas masyarakat.
"Sehingga kita tahu apa yang harus dilakukan. Ini yang kita belum sampai ke sana," kata dia.
Meski demikian, ia mengakui saat ini sudah mulai ada kemajuan dengan banyaknya pusat-pusat penelitian yang mampu melakukan pengawasan genom.
Pengawasan genomik virus diperlukan agar berbagai pihak tidak kaget apabila menyaksikan masuknya virus corona dengan varian baru.
"Supaya tidak terkaget-kaget karena tahu-tahu kan muncul dari mana karena keterbatasan 'surveillance'," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM dr Gunadi mengatakan varian baru virus corona, B117 belum ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan.
Ia meminta masyarakat tidak terlalu khawatir berlebihan dengan B117 karena varian baru ini belum terbukti mempengaruhi derajat keparahan pada pasien COVID-19.
Menurut Gunadi, Kemenkes RI telah melakukan upaya yang tepat dengan melacak kontak erat dua tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Karawang yang terpapar virus COVID-19 varian baru B117, meski keduanya kini telah dinyatakan negatif.
"Yang diperlukan adalah memperluas cakupan 'surveillance' kita sehingga kalau ada mutasi-mutasi seperti itu kita bisa mendeteksi lebih dini sebelum itu meluas," kata Yodi saat ditemui di FKKMK UGM, Yogyakarta, Selasa.
Menurut Yodi, pengawasan genomik di Indonesia masih sangat terbatas. Hanya pusat-pusat penelitian tertentu termasuk Pokja Genetik FKKMK UGM yang dapat melakukan pemeriksaan sampel dengan metode 'whole genome sequencing' atau pengurutan keseluruhan genom pada virus untuk melacak bagian yang mengalami mutasi atau perubahan materi genetik.
"Di Inggris itu luar biasa massif melakukan itu. Di tempat kita masih sangat terbatas," kata dia.
Dengan pengawasan genomik virus lebih awal, menurut Yodi, pemerintah serta akademisi dapat melakukan penelitian untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan apabila ditemukan SARS CoV-2 dengan varian baru.
Titik pengawasan genomik virus, menurut dia, idealnya bisa mencakup lokasi masuknya para pendatang dari luar negeri maupun di pusat-pusat mobilitas masyarakat.
"Sehingga kita tahu apa yang harus dilakukan. Ini yang kita belum sampai ke sana," kata dia.
Meski demikian, ia mengakui saat ini sudah mulai ada kemajuan dengan banyaknya pusat-pusat penelitian yang mampu melakukan pengawasan genom.
Pengawasan genomik virus diperlukan agar berbagai pihak tidak kaget apabila menyaksikan masuknya virus corona dengan varian baru.
"Supaya tidak terkaget-kaget karena tahu-tahu kan muncul dari mana karena keterbatasan 'surveillance'," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM dr Gunadi mengatakan varian baru virus corona, B117 belum ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan.
Ia meminta masyarakat tidak terlalu khawatir berlebihan dengan B117 karena varian baru ini belum terbukti mempengaruhi derajat keparahan pada pasien COVID-19.
Menurut Gunadi, Kemenkes RI telah melakukan upaya yang tepat dengan melacak kontak erat dua tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Karawang yang terpapar virus COVID-19 varian baru B117, meski keduanya kini telah dinyatakan negatif.