DKP Kulon Progo mendampingi pembudidaya cacing sutra di Banjarharjo

id Lele,DKP Kulon Progo,Cacing sutra ,Kulon Progo

DKP Kulon Progo mendampingi pembudidaya cacing sutra di Banjarharjo

Salah satu pembudidaya cacing sutra di Pedukuhan Salak Malang di Desa Banjarharjo, Kabupaten Kulon Progo, Imbajaya menyiapkan lahan budi daya cacing sutra. (ANTARA/HO-Dokumen DKP Kulon Progo)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendampingi pembudidaya cacing sutra di Desa Banjarharjo untuk mencukupi kebutuhan pembenihan ikan lele di wilayah ini.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Trenggono Trimulyo di Kulon Progo, Senin, mengatakan saat ini kebutuhan pasar terhadap cacing sutra masih cukup besar untuk pembenihan, maupun ikan hias baik pasar dalam Kulon Progo maupun luar Kulon Progo.

"Saat ini, kami melakukan pembinaan dan pendampingan kelompok budi daya cacing sutra di Desa Banjarharjo. Saat ini, pasang pasar cacing sutra sangat luas," kata Trenggono.

Baca juga: Saka Bahari Kulon Progo melepaskan 77 tukik di Pantai Bugel dalam HUT RI

Ia mengatakan budi daya cacing sutra dimulai dengan tujuan awal untuk memenuhi kebutuhan cacing sutra untuk kegiatan pembenihan ikan lele yang ada di Kalibawang, khususnya Banjarharjo. Namun saat ini, berbagai wilayah mulai memesan cacing sutra dari Banjarharjo.

"Budi daya cacing sutra masih harus terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar," katanya.

Trenggono mengatakan budi daya cacing sutra dilakukan oleh pelaku utama perikanan yang tergabung dalam kelompok-kelompok pembudidaya ikan. Manfaat cacing sutra yaitu sebagai pakan alami benih ikan air tawar khususnya lele dan gurami, juga sebagai pakan ikan hias.

Jumlah pembudidaya cacing sutra di Desa Banjarharjo sebanyak 28 orang yang tersebar di Pedukuhan Salam, Pedukuhan Salak Malang dan Pedukuhan Duwet II dengan luasan lahan 1-1,2 hektare.

"Jumlah pembudidaya di Banjarharjo semakin bertambah karena lokasinya mendukung," katanya.

Salah satu pembudidaya cacing sutra di Pedukuhan Salak Malang, Imbajaya mengatakan bahwa sudah memulai budi daya cacing sutra semenjak 2015 dengan luas lahan 145 meter persegi yang terbagi menjadi tiga bedengan.

Ia mengatakan cacing sutra dapat hidup pada dua media, yaitu lumpur halus dan air yang mengalir. Untuk itu, hal pertama yang harus diperhatikan dalam budi daya cacing sutra ini adalah ketersediaan air yang mengalir secara terus menerus. Lahan diolah menjadi lumpur halus kemudian disekat menjadi bedengan-bedengan dengan lebar 2-2,5 meter.

Bedengan sebaiknya dibuat enam unit atau kelipatannya untuk memudahkan pengaturan pemanenan nantinya. Selanjutnya lahan diberi limbah kotoran burung puyuh dengan jumlah 500-1.000 gram per meter.

Media atau lahan budidaya kemudian didiamkan selama dua minggu, serta tergenang air dengan ketinggian 3-5 centimeter baru kemudian ditebar induk cacing sutra dengan jumlah 0,25-0,5 liter per meter persegi. Selanjutnya dilakukan perawatan.

Dengan minimal enam bedengan, pemanenan dapat dilakukan setiap harinya. Dari luas lahan 145 meter persegi, dirinya dapat memanen setiap harinya 5-6 liter cacing sutra dengan harga Rp30 ribu per liter. Dengan biaya produksi kurang lebih Rp10 ribu per liter untuk biaya pembelian limbah kotoran puyuh, transportasi, sewa lahan dan tenaga. Perawatan harus dilakukan secara baik dan kontinyu agar produktifitas dapat tinggi, sehingga hasil panen juga tinggi

"Saya setiap hari dapat keuntungan Rp100 ribu sampai Rp120 ribu, sehingga dalam satu bulan meraup keuntungan bersih Rp3 juta sampai Rp3,6 juta," katanya.

Baca juga: DPRD Kulon Progo desak DKP optimalkan hasil ikan tangkap untuk ekspor
Baca juga: DKP DIY berharap pemuda tak gengsi jadi nelayan