BRGM mempercepat rehabilitasi mangrove hambat pengikisan daratan

id mangrove,hutan bakau,rehabilitasi mangrove,brgm

BRGM mempercepat rehabilitasi mangrove hambat pengikisan daratan

Sejumlah siswa menanam bibit mangrove di pesisir Pantai Kelurahan Untia, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/7/2019). (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/wsj)

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mempercepat rehabilitasi ekosistem mangrove di Indonesia untuk menghambat pengikisan garis pantai atau daratan akibat abrasi.

"Target tahun depan restorasi gambut sekitar 300 ribu hektare, sedangkan rehabilitasi mangrove untuk lima provinsi sekitar 3.000 hektare," kata Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari saat Rapat Koordinasi Evaluasi Akhir Tahun Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove 2022 dan Pelaksanaan Kegiatan TA 2023 di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Ayu, BRGM menargetkan rehabilitasi mangrove nasional seluas 600.000 hektare selama periode 2020 hingga 2024.

Percepatan rehabilitasi mangrove, kata dia, bakal diprioritaskan di sembilan provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Papua, Papua Barat, dan Bangka Belitung.



Terkait percepatan itu, menurut dia, BRGM akan mendapatkan dukungan pembiayaan dari APBN 2023 sebesar Rp376.189.381.000 serta tambahan dana dari Bank Dunia.

Untuk provinsi Sumut, Riau, Kaltim, dan Kaltara seluas total 35 ribu hektare bakal mendapat bantuan pembiayaan dari Bank Dunia sedangkan lima provinsi lainnya, yakni Kepri, Kalbar, Papua, Papua Barat, dan Babel akan didukung APBN.

Deputi Perencanaan dan Evaluasi BRGM Satyawan Pudyatmoko mengatakan banyak daerah yang garis pantainya tergerus abrasi yang dipicu perubahan iklim.

"Ada banyak (daerah terdampak perubahan iklim). Di Riau terutama karena ketiadaan mangrove dampak abrasinya besar," kata Satyawan.



Abrasi, kata dia, banyak terjadi di pulau-pulau terluar Indonesia yang membuat luas daratannya semakin sempit.

"Wilayah darat kita nanti bisa makin sempit. Untuk daerah yang abrasinya besar kita tidak bisa bekerja (menangani) sendiri," ujar dia.

Menurut dia, diperlukan perencanaan yang matang untuk menangani dampak abrasi di pesisir, mulai dari pemasangan pemecah ombak untuk menghalau dampak hantaman ombak.

Setelah pemecah ombak terpasang, lanjut dia, baru bisa dilakukan penanaman mangrove sebagai upaya perlindungan daratan.



"Termasuk di pesisir utara Jawa juga (perlu) dibangun tanggul, tergantung kekuatan ombak. Baru di belakang tembok ditanam mangrove," ujar Satyawan.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRGM percepat rehabilitasi mangrove hambat pengikisan daratan