Hujamkan jiwa kebangsaan dengan dendangkan nada WR Soepratman

id wr soepratman,antea putri turk,hari pahlawan,indonesia raya

Hujamkan jiwa kebangsaan dengan dendangkan nada WR Soepratman

Antea Putri Turk, cicit buyut dari Ngadini Soepratini, yang merupakan kakak kandung WR Soepratman, membawakan lagu "Selamat TInggal" dalam konser "Peluncuran Album Perdana Lagu-lagu Ciptaan WR Soepratman" di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Jumat (10/11). ANTARA/Ahmad Faishal

Jakarta (ANTARA) - Gemertak tuas gerigi dari arloji yang menunjukkan pukul 18.53 WIB, nyaris terdengar jelas di dalam balairung sunyi dengan suasana remang temaram nan menyelimuti seratusan kepala. Beberapa orang yang duduk tenang di barisan terdepan, sesekali terlihat menajamkan mata, mencermati sumber cahaya yang berpendar di hadapan mereka.

Pendaran cahaya itu jatuh di setiap lekuk panggung yang dipadati beraneka ragam alat musik: deret biola lengkap dengan bow, flute berwarna keperakan, sebuah double bass, dan satu set drum sederhana. Di belakang deret alat musik tersebut, berjejer rapi 20 kursi yang nantinya akan ditempati para anggota paduan suara.

Beberapa meter menjorok ke bagian belakang dari deret kursi paduan suara, terdapat sebuah layar digital persegi berukuran sekitar 10 kali 5 meter. Layar itu menampilkan foto seorang lelaki berkacamata, berpakaian jas lengkap, serta berkopiah hitam dengan latar belakang berwarna merah menyala.

Warna merah menyala yang memberikan makna keberanian itu seolah berkelindan dengan nuansa remang di dalam ruangan yang penuh khidmat. Masih dalam kesunyian yang ditingkahi kertak suara alat komunikasi nirkabel protofon, sekitar selusin musikus segera mengambil tempat di atas panggung dan mempersiapkan alat musik yang menjadi senjata mereka malam itu.
Konser "Peluncuran Album Perdana Lagu-lagu Ciptaan WR Soepratman" yang menampilkan Antea Putri Turk - cicit buyut dari Ngadini Soepratini yang tak lain adalah kakak kandung WR Soepratman, di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Jumat (10/11). ANTARA/Ahmad Faishal
Sejurus kemudian, seorang lelaki pewara muncul ke titik lampu sorot yang telah ditentukan di bagian sudut kiri bibir panggung.

"Selamat malam Bapak dan Ibu. Selamat datang dalam konser perdana peluncuran album lagu-lagu Wage Rudolf Soepratman bersama Antea Putri Turk," buka sang pewara yang berbalas tepukan tangan dari audiens.

Wage Rudolf (WR) Soepratman dan Antea Putri Turk adalah dua nama yang memiliki garis hubungan kekeluargaan. Nama pertama dikenal sebagai seorang komposer, penyair, penulis, wartawan, sekaligus pahlawan nasional Indonesia yang masyhur karena menjadi sosok di balik lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dan banyak karya patriotik lainnya.

Sedangkan nama kedua adalah seorang gadis berusia 14 tahun dan merupakan salah seorang cicit buyut dari Ngadini Soepratini yang tak lain adalah kakak kandung WR Soepratman.

Pada malam nan syahdu itu, semangat WR Soepratman hadir menemani Antea Putri Turk yang menggelorakan jiwa patriotisme kala mengumandangkan lagu-lagu dan notasi indah dalam balutan musik orkestrasi plus paduan suara. Konser itu digelar bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan 10 November 2023 di Ruang Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona, Jakarta.

Maka, begitu naik ke atas panggung, Antea langsung menghunjamkan semangat kebangsaan lewat ekspresi begitu menggebu kepada para audiens lewat lagu "Indonesia Raya" – sebuah tikaman tak menyakitkan dan mematikan, justru membangkitkan gairah pada kehidupan berkebangsaan. "Indonesia, tanah yang suci, tanah kita yang sakti.
Di sanalah aku berdiri, jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri, tanah yang aku sayangi.
Marilah kita berjanji, Indonesia abadi.

S'lamatlah rakyatnya, s’lamatlah putranya.
Pulaunya, lautnya, semuanya.
Slamatlah Neg'rinya, slamatlah pandunya.
Untuk Indonesia Raya."


Usai membawakan lagu "Indonesia Raya" versi asli 3 stanza berdurasi 4 menit 7 detik yang diciptakan pada tahun 1924, Antea yang mampu memainkan piano, flute, ukulele, dan gitar itu kemudian menghadirkan lagu "Dari Barat Sampai ke Timur". Lagu berdurasi dua menit itu lebih dikenal oleh masyarakat luas sebagai lagu "Dari Sabang Sampai Merauke".

Tampil mengenakan gaun merah yang dipadukan dengan kain bermotif batik, Antea yang mulai bermain musik pada usia 5 tahun kemudian hangat menyapa para audiens.

"Halo, assalamualaikum. Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk semua yang sudah menghadiri konser malam ini. Dan juga yang saya hormati guru saya Ibu Aning Katamsi untuk bantu mempelajari 12 lagu konser ini. Selamat mendengarkan dan menyaksikan konser malam ini," sapa Antea dengan wajah tersipu-sipu dan senyum merekah.

Antea Putri Turk yang menjadi sorot utama pada gelaran malam itu secara apik mengumandangkan deret karya komposer kebanggaan Tanah Air WR Soepratman seperti "Ibu Kita Kartini", "Di Timur Matahari", "Pahlawan Merdeka", "Matahari Terbit" – sebuah lagu yang membuat WR Soepratman dijebloskan ke penjara Kalisosok Surabaya, dan kombinasi lagu perjuangan partai "Mars Parindra" - "Mars Kepanduan Bangsa Indonesia" - "Mars Surya Wirawan". Putri pasangan Dario Turk dan Endang Wahyuningsih Josoprawiro itu menutup malam penuh semangat patriotik lewat lagu "Selamat Tinggal" yang menjadi karya pamungkas WR Soepratman sebelum pahlawan nasional yang lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903 itu dipanggil Yang Maha Kuasa.

Lagu dengan nada dasar E minor tersebut terbukti mampu menghipnotis dan memberikan kesan mendalam bagi para penonton yang hadir, salah satunya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.

"Saya tadi benar-benar tersentuh dengan lagu terakhir, kalau tidak salah judulnya 'Selamat Tinggal'. Itu bagus sekali, lagu yang memiliki lirik mendalam dan menandakan kehebatan sosok WR Soepratman," kata Sandiaga usai konser.

Menparekraf Sandiaga menyambut baik upaya pelestarian lagu-lagu WR Soepratman lewat konser Antea Putri Turk untuk memberikan inspirasi semangat kepahlawanan bagi generasi muda saat ini. Menurut dia, konser yang diinisiasi oleh Yayasan WR Soepratman itu merupakan pencapaian luar biasa istimewa pada peringatan Hari Pahlawan kali ini.

Lebih lanjut, Menteri Sandiaga mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus mendorong karya-karya generasi muda sekaligus berharap mereka dapat mengambil inspirasi dari sosok WR Soepratman yang berjuang untuk negeri melalui lagu-lagu patriotik dan melodi indah.

"Selain lagu Indonesia Raya versi asli 3 stanza, masih ada 14 lagu ciptaan WR Soepratman lainnya yang sangat patriotik dan indah. Saya sangat berharap agar generasi muda terinspirasi semangat kepahlawanan seorang WR Soepratman. Semoga kita mendapatkan inspirasi," papar Sandiaga.
Menyatukan kepingan kisah

Pada pergelaran "Peluncuran Album Lagu-lagu WR Soepratman" malam itu, Antea Putri Turk mendapatkan mandat untuk membawakan sebanyak lagu 12 buah peninggalan WR Soepratman, termasuk dua buah karya istimewa bertajuk "Indonesia Hai Iboekoe" dan "Indonesia Tjantik". Kedua karya tersebut mengacu pada deret syair dan lirik milik WR Soepratman dengan melodi ciptaan Antea sendiri.

Tanpa melalui proses berliku, Antea menciptakan melodi lagu “Indonesia Hai Iboekoe” yang berdurasi total sekitar 1 menit 50 detik pukul 10 malam pada 4 April 2023 silam. Adapun melodi lagu “Indonesia Tjantik” dengan nada dasar B flat, diciptakan Antea dengan mengacu pada lagu-lagu bernuansa keroncong era 1920-an.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengumandangkan nada WR Soepratman, menghunjamkan jiwa kebangsaan
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024