Bantul (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggerakkan para petani daerah ini untuk menanam bawang merah tidak serentak atau tidak dalam waktu bersamaan di semua lahan guna menjaga stabilitas harga panen di pasaran.
"Pada musim 2024 ini kita arahkan petani agar dalam nanam bawang merah itu tidak bareng, jadi di Januari ada yang tanam, kemudian Februari ada yang tanam, dan Maret ada yang tanam," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo di Bantul, Jumat.
Menurut dia, dengan sistem seperti itu maka setiap bulan akan ada tanaman bawang merah yang panen, sehingga ketersediaan panen komoditas tersebut selalu ada, namun tidak melimpah yang mengakibatkan harga rendah.
"Jadi setiap bulan ada tanaman, setiap bulan ada panenan, otomatis tidak ada gejolak, harapan kami untuk mencegah inflasi. Kalau selama ini masih bareng, sehingga kalau pas ambruk ya ambruk bareng, kalau pas jaya, jaya bareng," katanya.
Dia mengatakan, sementara kalau tanaman bawang merah tidak bareng, atau setiap musim selalu ada tanaman dan panen, maka para petani bisa menikmati untung yang stabil, tidak terkadang harga murah, dan terkadang harga melonjak.
"Seperti kemarin saat panenan bawang merah di bulan September Agustus 2023 itu jeblok dengan harga yang sekitar Rp9.000 per kilogram, padahal modalnya sebesar Rp12 ribu per kilogram, karena saat itu tanaman banyak sekali, berapa ratus hektare," katanya.
Dia mengatakan, untuk menerapkan tanaman bawang merah setiap bulan ada, atau yang dikenal dengan di luar musim memang terdapat kendala musim, namun hal itu bisa diantisipasi dengan beberapa langkah.
"Misalnya kalau lahan pasir jelas itu pupuk pengaruh sekali terutama pupuk organik, yang kedua pengawasan penyakit harus lebih intens, terus penyiramannya dengan elektrifikasi, karena dengan elektrifikasi itu ternyata penyakit tidak gampang menyerang," katanya.