BPBD Bantul membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana di dua sekolah

id BPBD Bantul ,Satuan pendidikan aman bencana ,Tingkatkan pemahaman kebencanaan

BPBD Bantul membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana di dua sekolah

Peresmian Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di SMP Negeri 1 Sanden oleh BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Senin (26/2/2024) (ANTARA/HO-BPBD Bantul)

Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada awal 2024 membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di dua sekolah daerah setempat guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan warga sekolah tentang kebencanaan.

Staf Pengolah Rencana Penanggulangan Bencana BPBD Bantul Budianto saat dihubungi di Bantul, Senin, mengatakan, dua sekolah SPAB itu adalah SMP Negeri 2 Srandakan Bantul yang diresmikan BPBD pada Jumat (23/2), dan SMP Negeri 1 Sanden Bantul yang diresmikan pada Senin (26/2) ini.

"Memang dua sekolah itu kita pilih karena di wilayah selatan kita masih fokus terhadap megatrust, sehingga kita mencoba beberapa sekolah kita SPAB-kan dulu agar tentunya sasaran kita adalah murid murid di wilayah selatan paham terkait dengan bencana," katanya.

Dia mengatakan, dengan dibentuk sebagai SPAB, maka harapannya para guru di sekolah itu juga memahami manajemen bencana di sekolah, yang kemudian ke depan BPBD akan koordinasikan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Bantul, agar ada pendidikan bencana di sekolah.

"Kami koordinasi dengan Dinas Dikpora yang punya Sekretariat Bersama (Sekber) SPAB untuk dibuat secara masif dan diharapkan ini menjadi kurikulum pendidikan di Disdikpora, sehingga perkembangan SPAB di Bantul lebih cepat," katanya.

Dengan demikian, kata dia, nantinya di Kabupaten Bantul akan lebih banyak lagi SPAB-SPAB yang ada di sekolah, atau sekolah sekolah yang sudah berstandar dan memenuhi sebagai SPAB, mengingat potensi ancaman bencana di Bantul terus ada.

"Jadi, ada dua status dalam SPAB itu, yaitu SPAB penuh ada 35 sekolah, terus yang belum penuh atau hanya rintisan kurang lebih sekitar 120 sekolah. Kalau yang rintisan itu ada empat kali pertemuan, sementara untuk yang SPAB di 120 sekolah itu ada sebelas kali pertemuan," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, sekolah yang dibentuk sebagai SPAB itu memang tidak serta merta diresmikan oleh BPBD, namun terlebih dulu ada sosialisasi dan workshop termasuk pelatihan dan simulasi tentang bagaimana menghadapi ketika terjadi bencana misalnya gempa.

"Dua sekolah potensi ancaman masih gempa dua duanya potensi utamanya gempa. Sebelumnya juga ada pelatihan dan workshop dengan para guru karyawan, kemudian simulasi. Jadi ada sembilan kali workshop, kemudian satu kali pelatihan, dan satu kali simulasi," katanya.