Strategi perlu ditingkatkan dongkrak kunjungan wisatawan ke RI

id Ui depok,Pariwisata indonesia,Pariwisata internasional

Strategi perlu ditingkatkan dongkrak kunjungan wisatawan ke RI

Dosen program studi Manajemen Bisnis Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) Dr. Diaz Pranita, M.M. (ANTARA/ Foto: Humas UI)

Depok (ANTARA) - Pakar kepariwisataan yang juga dosen Manajemen Bisnis Pariwisata, Vokasi, Universitas Indonesia (UI) Dr. Diaz Pranita, M.M., mengatakan perlu langkah strategis untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat global untuk wisata ke Indonesia.

Berdasarkan data VN Express International tahun 2023, pariwisata Indonesia berada di posisi kelima, setelah Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam, dengan jumlah wisatawan asing sebanyak 11,7 juta.

"Vietnam menjadi ancaman kepariwisataan Indonesia saat ini karena banyaknya destinasi baru yang viral, yang memang sudah disiapkan dengan serius oleh pemerintah dan para pihak terkait,” ujar Dr. Diaz Pranita di Kampus UI Depok, Sabtu.

Tahun ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan pergerakan wisatawan nusantara sebesar 1,5 miliar dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 14,3 juta orang.

Menurut Dr. Diaz, target ini dapat dicapai melalui pemanfaatan kekayaan alam dan budaya Indonesia sebagai daya tarik utama bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

“Keberagaman budaya dan alam merupakan faktor penting untuk mendiferensiasi produk atau penawaran pariwisata, sehingga pengalaman berwisata di Indonesia tidak dapat ditemukan di tempat lain," katanya.

Ia mengatakan wilayah perairan, misalnya, dapat dijadikan magnet bagi wisatawan karena Indonesia memiliki banyak destinasi menarik, seperti segitiga terumbu karang (coral triangle), palung dan berbagai tempat rafting, serta pantai dengan gulungan ombak laut tertinggi di dunia yang ada di Mentawai, Nias, Rote, dan Bali.

Meski demikian, Dr. Diaz menilai potensi kepariwisataan Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal. Daya saing pariwisata Indonesia masih lemah terutama terkait aksesibilitas, infrastruktur, fasilitas wisatawan, pengelolaan atraksi wisata, penyediaan amenitas wisata, dan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Kapasitas airlines dan hotel di beberapa lokasi juga masih terbatas. Transportasi publik belum terintegrasi, bahkan banyak destinasi yang belum terdata secara digital, sehingga sulit melakukan reservasi secara real time.

Padahal, penyelenggaraan bisnis pariwisata secara profesional dapat mendukung sektor ekonomi negara.