Jakarta (ANTARA) -
"Ketika membaca novelnya, saya pikir ini sangat sinematik. Maka perlakuan dalam penggarapan film ini menghadirkan visual dan storytelling yang berbeda," kata Angga dalam konferensi pers "Heartbreak Motel" yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat.
Angga menjelaskan, tim Visinema menggunakan perpaduan gambar dari kamera digital, serta dua kamera seluloid 16 milimeter dan 35 milimeter.
Menurut dia, penonton akan dimanjakan dari aspek pengambilan gambar serta visual-visual pendukung lainnya.
Tidak hanya itu, Angga secara khusus juga memilih sendiri musik latar untuk menguatkan suasana atau keadaan yang ingin diceritakan dalam film ini.
Sementara dari penceritaan, penulis novel “Heartbreak Motel” yaitu Ika Natassa memberikan keleluasaan kepada dirinya untuk mengeksplorasi kisah dan masing-masing karakter sehingga menjadi lebih menarik.
"Cara saya melihat film ini berbeda karena memungkinkan untuk mengeksplorasi dan bereksperimen yang baru terhadap kisah dan karakternya," katanya.
“Heartbreak Motel” dipersembahkan oleh Visinema Pictures dari adaptasi novel bestseller karya Ika Natassa berjudul sama.