Badung (ANTARA) - Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani mengatakan bahwa Indonesia membuka peluang untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara Afrika terkait mineral kritis untuk pembuatan baterai kendaraan listrik (electric vehicle / EV).
“Untuk menghasilkan sebuah baterai listrik, kita memerlukan banyak mineral kritis yang tidak terbatas hanya pada nikel. Banyak mineral lain, dan kita tahu bahwa beberapa negara Afrika juga memiliki potensi mineral kritis,” ujar Abdul Kadir Jailani dalam konferensi pers di sela-sela rangkaian Indonesia-Africa Forum (IAF), Badung, Bali, Minggu.
Abdul Kadir merujuk pada kerja sama yang sudah berlangsung, yakni kerja sama antara MIND ID dengan Tanzania terkait litium.
Ia menekankan bahwa kerja sama tersebut menunjukkan kebutuhan akan mineral kritis untuk membuat baterai EV tidak cukup apabila hanya mengandalkan mineral dari dalam negeri.
“Kerja sama energi ini sangat bermanfaat buat kita karena untuk proses transisi energi, Indonesia juga memerlukan mineral kritis dan kita ketahui, suplainya tidak hanya kita produksi sendiri,” tuturnya.
Selain potensi mineral kritis yang dimiliki oleh negara-negara di Afrika, Abdul Kadir juga mengatakan bahwa Afrika memiliki potensi yang sangat besar di bidang perdagangan.
Ia menambahkan bahwa hubungan bisnis Indonesia dengan Afrika sebelumnya masih tergolong cukup rendah. Oleh karena itu, menurut dia, sudah waktunya Indonesia mengambil langkah untuk mempererat hubungan bisnis dengan negara-negara di Afrika.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia-Afrika perluas kerja sama mineral kritis untuk baterai EV