Dinkes Kulon Progo sebut angka kematian ibu 25,35/100.000 kelahiran hidup

id Angka kematian ibu,Kulon Progo,Dinkes Kulon Progo

Dinkes Kulon Progo sebut angka kematian ibu 25,35/100.000 kelahiran hidup

Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami. (ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut angka kematian ibu di wilayah itu mengalami penurunan pada 2023 dibanding 2022, yakni 194,7 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 25,35 per 100.000 kelahiran hidup.

Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Selasa, mengatakan derajat kesehatan masyarakat salah satunya adalah dengan mengetahui angka kematian ibu melahirkan.

Angka kematian ibu adalah jumlah kematian perempuan selama kehamilan atau 42 hari setelah melahirkan per 100.000 kelahiran hidup.

"Di Kulon Progo, pada 2022 adalah 194,7 per 100 000 kelahiran hidup (KH), angka ini lebih tinggi dari DIY, yaitu 119 per 100.000 KH. Untuk 2023, angka kematian ibu di di Kulon Progo menunjukkan perbaikan, yaitu turun menjadi 25,35 per 100.000 KH, angka ini lebih rendah dibandingkan DIY sebesar 62,72 per 100.00 KH," kata Sri Budi Utami.

Ia mengatakan angka kematian ibu di Kulon Progo dan DIY di 2022, cukup tinggi, hal ini dipengaruhi oleh situasi pandemi COVID-19 yang belum tertangani dengan baik.

"Untuk 2023, angka kematian ibu ini turun secara signifikan seiring situasi pandemi COVID-19 yang sudah dapat teratasi dengan baik," katanya.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu ini, banyak kegiatan yang dilakukan Dinkes Kulon Progo, di antaranya edukasi K
kesehatan reproduksi bagi remaja, pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri.

Selanjutnya, pemeriksaan calon pengantin, pemeriksaan ibu hamil minimal enam kali dan ANC terpadu, pemberian tablet tambah darah, kelas ibu hamil, pendampingan dokter ahli ke puskesmas, kunjungan ibu hamil risiko tinggi dan PMT ibu hamil.

"Kami juga melakukan audit maternal perinatal empat kali setahun, grup WA Rindu KIA (Jejaring Peduli Kesehatan Ibu dan Anak)," katanya.

Namun demikian, Sri Budi mengakui beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya penurunan angka kematian ibu, di antaranya masih adanya ibu hamil yang periksa di usia kehamilan yang sudah lanjut, sehingga untuk deteksi adanya risiko kurang terpantau sejak dini.

Kemudian, adanya kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar, masih tingginya ibu hamil yang mengalami anemia di Kulon Progo, yaitu sebesar 30 persen.

"Walaupun angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan secara nasional kurang dari 33 persen, ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) masih tinggi, yaitu 14 persen, sedangkan target nasional sebesar 10 persen," katanya.

Lebih lanjut, Sri Budi mengatakan dengan dukungan dari berbagai pihak, harapannya di 2024, semua ibu hamil dapat diperiksa sesuai standar, ibu hamil melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan.

"Sehingga, secara perlahan dan pasti dapat menekan angka kematian ibu secara signifikan," katanya.