Yogyakarta (ANTARA) - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat segera mengenalkan sejarah, nilai, dan tata cara pemanfaatan tanah kesultanan atau "Sultan Ground" (SG) kepada publik lewat Pameran Pertanahan Kasultanan 2024.
Ketua Pelaksana Pameran Pertanahan Kasultanan 2024 Sophi Perenissa saat konferensi pers di Yogyakarta, Kamis, menjelaskan pameran di Sasono Hinggil, Keraton Yogyakarta, 14-16 November 2024 itu bertujuan membuat masyarakat paham hak dan tanggung jawab mereka atas tanah kesultanan.
"Hak memakainya, hak memanfaatkannya, dan paham tanggung jawab dibalik hak tersebut," ujar dia.
Ia menjelaskan dalam pameran bertajuk "Tales of The Land We Live In" itu, pengunjung bakal melihat beragam instalasi yang menggambarkan perjalanan panjang sejarah tanah kesultanan dari awal hingga era modern.
Selain itu, pameran menampilkan peta persebaran pemanfaatan di wilayah DIY sehingga memberikan wawasan tentang bagaimana tanah tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Pengunjung bisa melihat peta persebaran fasilitas umum yang menggunakan tanah kesultanan, lalu juga akan ada persentase pemanfaatannya sudah seberapa besar di beberapa daerah," ujar dia.
Menurut Sophi, pameran yang terbuka untuk masyarakat umum itu bakal menjadi sarana edukasi yang efektif sehingga masyarakat dapat memahami lebih jauh tentang peran tanah kesultanan dalam struktur sosial-ekonomi di DIY.
Di sela pameran itu, menurut dia, akan berlangsung dialog terkait tanah kesultanan, serta dibuka klinik konsultasi mengenai prosedur permohonan memanfaatkan tanah kesultanan itu.
"Mungkin dari warga nanti ada yang penasaran ingin memanfaatkan tanah kesultanan, penasaran caranya seperti apa, bisa langsung konsultasi," ucap dia.
Pameran Pertanahan Kasultanan 2024 digelar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berkolaborasi dengan sejumlah instansi, meliputi Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (DPTR) DIY, Diskominfo, Dinas Koperasi dan UKM DIY, Biro Humas dan Protokoler serta Satpol PP DIY.
Kabid Penatausahaan dan Pengendalian Pertanahan DPTR DIY Moh Qayyim Autad berharap, melalui pameran itu masyarakat paham bahwa dalam menentukan tanah kesultanan, ada dasar-dasar yang digunakan Keraton Yogyakarta melalui Kawedanan Panitikismo.
"Supaya tidak ada persepsi bahwa penentuan 'Sultan Ground' atau status SG itu adalah penentuan yang sepihak, bukan seperti itu," ujar Qayyim.
Berita Lainnya
UMP DIY 2025 ditetapkan naik 6,5 persen jadi Rp2,2 juta
Rabu, 11 Desember 2024 19:21 Wib
Menkomdigi minta UMKM di Kampung Cyber manfaatkan AI agar segera naik kelas
Rabu, 11 Desember 2024 10:25 Wib
Dua generasi Affandi berkolaborasi hadirkan pameran lukisan di Garrya Bianti Yogyakarta
Rabu, 11 Desember 2024 0:10 Wib
Wamen P2MI sebut tren PMI nonprosedural menggunakan visa turis meningkat
Selasa, 10 Desember 2024 21:01 Wib
Wamen P2MI ajak mahasiswa tangkap peluang kerja nakes di Jepang & Jerman
Senin, 9 Desember 2024 14:49 Wib
Perkuat pariwisata, Grab selenggarakan Grab For Business Tourism Talk di Yogyakarta
Jumat, 6 Desember 2024 23:00 Wib
UPN Yogyakarta mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan dari pelet kayu
Jumat, 6 Desember 2024 11:38 Wib
BI: Jumlah pengguna QRIS di DIY mencapai 900 ribu lebih
Kamis, 5 Desember 2024 5:10 Wib