Suami terserang stroke, Kistinah andalkan JKN

id JKN,BPJS

Suami terserang stroke, Kistinah andalkan JKN

Kistinah, warga asal Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul bersama suami (ANTARA/HO-BPJS Kesehatan)

Yogyakarta (ANTARA) - Kistinah, wanita paruh baya asal Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, kini menjalani hari-harinya dengan merawat sang suami. Bulan Desember tahun lalu menjadi bulan yang terasa berat bagi Kistinah.

Pagi itu suaminya bangun dalam kondisi lemas. Sontak Kistinah terkejut mendapati keringat dingin mengucur di sekujur tubuh suaminya. Menyadari ada sesuatu yang janggal, Kistinah tak tinggal diam. Ia segera melarikan sang suami ke IGD rumah sakit. Benar saja, stroke telah menyerang suami Kistinah.

“Bangun tidur itu bapak lemas, keringat dingin semua keluar, pusing dan seperti orang mau pingsan. Akhirnya kami bawa ke rumah sakit dan ketahuan ternyata gejala stroke. Ada penyumbatan di bagian otak. Awalnya hanya lemas saja, kemudian baru muncul gejala bagian tubuh kiri tidak bisa bergerak,” kata Kistinah, Jumat (21/03).

Memang, suaminya memiliki riwayat hipertensi. Saat dilarikan ke rumah sakit, tekanan darahnya begitu tinggi, mencapai angka 200/120. Kistinah menyayangkan, suaminya tidak mengonsumsi dengan rutin obat hipertensi yang diresepkan oleh puskesmas. Hal ini menambah panjang faktor penyebab stroke pada suaminya.

“Obat hipertensinya ini tidak rutin diminum. Kalau bapak tidak merasa pusing, ya obatnya tidak diminum. Padahal dari puskesmas sudah menyuruh bapak untuk rutin minum obat agar tensinya tidak tinggi. Akhirnya sekalinya terjadi serangan malah langsung menjadi stroke,” cerita Kistinah.

Di tengah kekalutan itu, di sisi lain ada kelegaan yang Kistinah rasakan. Ia tak pusing soal bagaimana membayar biaya pengobatan, Kistinah mengandalkan penjaminan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jika tidak, ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Serangan stroke terjadi begitu cepat dan tak ada persiapan apa pun untuk menghadapi situasi yang tak disangka ini.

“Alhamdulillah ada JKN, jadi saya tidak mikir lagi biaya berobatnya bapak. Pada saat kejadian juga tidak ada persiapan apa pun. Kalau tidak ada JKN ya susah to, biayanya habis banyak kemarin. Tapi semua dijamin oleh JKN, jadi kami tak mengeluarkan uang untuk biaya berobat,” kata Kistinah.

Untuk iuran JKN, Kistinah dan keluarga lagi-lagi tak kebingungan. Kepesertaannya masuk dalam segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibiayai penuh oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Saat itulah Kistinah merasakan bahwa negara benar-benar hadir menolong kehidupannya.

“Terima kasih kepada bapak-bapak yang ada di Pemerintah Kabupaten Bantul telah menolong kami lewat JKN. Pemerintah memikirkan kami rakyat kecilnya. Berobat rutin untuk suami saya jadi enteng. Sudah enak, sudah ada JKN, kami sekeluarga sudah terdaftar semua. Saya sangat amat terbantu,” kata Kistinah.

Kistinah melakukan segala cara dan upaya untuk menopang kondisi suami dan keluarganya. Dengan tangguh, ia menambah peran baru sebagai tulang punggung menggantikan suaminya sementara. Harapan agar sang suami kembali sembuh menjadikannya selalu bangkit.

“Bapak selama ini kerja jadi buruh bangunan, karena bapak sakit jadi tidak ada yang kerja. Sekarang paling saya saja bantu-bantu tetangga untuk cuci, sapu, bersih-bersih rumah untuk tambah-tambah penghasilan,” ujarnya.

Di balik semua itu, kini Kistinah bisa menyunggingkan senyum. Suaminya pulih dengan cepat. Terapi dua kali dalam seminggu dijalani rutin oleh suami Kistinah. Dalam satu bulan, suaminya sudah bisa mulai berjalan tanpa alat bantu. Padahal awalnya, untuk duduk saja suaminya kerap terjatuh.

“Sekarang kondisinya sudah bagus, jadi terapi dikurangi menjadi seminggu sekali. Ini kami mau ke poli saraf kontrol rutin, obat juga sudah habis. Saya berharap bapak cepat pulih sepenuhnya. Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bantul dan juga kepada BPJS Kesehatan,” tutup Kistinah.