Gunungkidul (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama PT Charoen Pokphand Indonesia (PT CPI) memulai pembangunan fasilitas closed house layer untuk pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dekan FKH UGM Teguh Budi Pitoyo dalam keterangan di Gunungkidul, Kamis, mengatakan pembangunan ini bagian dari upaya mendekatkan proses pembelajaran mahasiswa dengan aktivitas industri, khususnya bidang perunggasan.
"Program ini akan memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa terkait praktik peternakan modern. Selain itu, fasilitas ini juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin belajar," katanya dalam sambutan pada peletakan batu pertama pembangunan fasilitas tersebut.
Dia menyebut sekitar 15 persen lulusan FKH UGM berkarir di sektor perunggasan, sedangkan 60-65 persen lainnya memilih membuka klinik hewan mandiri.
"Oleh karena itu, kehadiran closed house layer di kampus diharapkan mampu memperkaya pengalaman dan kompetensi mahasiswa," katanya.
Presiden Direktur PT CPI Tomas Effendi mengatakan kerja sama dengan UGM bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berkelanjutan.
"Kami ingin ada solusi jangka panjang yang saling menguntungkan. Dalam bidang CSR, kami sudah aktif sejak 1984, termasuk dengan program anak asuh yang membiayai pendidikan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi," katanya.
Dia mengatakan fasilitas di FKH UGM akan memiliki kapasitas hingga 5.000 ekor ayam dan dapat dimanfaatkan untuk riset, pengajaran, hingga sumber pendapatan (income generating).
Wakil Bupati Gunungkidul Joko Parwoto menyambut positif pembangunan ini karena menjadi langkah strategis dalam pengembangan peternakan dan pendidikan kedokteran hewan di wilayah itu.
"Ini bukan sekadar pembangunan fisik, tapi juga simbol dari kolaborasi besar antara dunia pendidikan, industri, dan masyarakat. Pemkab Gunungkidul memberikan apresiasi dan dukungan penuh," katanya.
Dia mengatakan program ini sejalan dengan visi Gunungkidul Raya yang adil, makmur, lestari, dan berkeadaban.
"Adil karena membuka akses teknologi secara inklusif, makmur karena mendukung ekonomi lokal, lestari karena ramah lingkungan, dan berkeadaban karena dilandasi nilai kemanusiaan dan gotong royong," katanya.