Komunitas anak muda kelola 22 ton sampah di Yogyakarta dalam setahun

id yogyakarta, sampah,darurat sampah,anak muda, komunitas, great and green, pengelolaan sampah, organik, UNDP

Komunitas anak muda kelola 22 ton sampah di Yogyakarta dalam setahun

Great and Green Indonesia memadukan pengelolaan sampah organik, pertanian perkotaan, dan sistem insentif berkelanjutan demi membangun kesadaran lingkungan masyarakat. ANTARA/Gusti Rian

Yogyakarta (ANTARA) - Sekelompok anak muda bergerak menciptakan solusi atas kondisi darurat sampah yang melanda Kota Yogyakarta. Berbasis komunitas di Warungboto, lewat Gerakan Great and Green Indonesia, mereka memadukan pengelolaan sampah organik, pertanian perkotaan, dan sistem insentif berkelanjutan demi membangun kesadaran lingkungan masyarakat.

“Melihat kondisi darurat sampah, Bu Siti Nurlaela selaku founder mengajak kami para mahasiswa untuk memulai sebuah gerakan pengelolaan sampah,” kata Salsadila Panicara , Manajer Great and Green Indonesia, kepada ANTARA, di Yogyakarta, Sabtu (21/6).

Berbagai program dilakukan, mulai dari edukasi pemilahan sampah, pembentukan kelompok tani, hingga pengembangan pertanian perkotaan.

Komunitas juga menerapkan sistem tukar sampah berhadiah. Warga yang rutin membuang sampah sebanyak enam kali akan mendapat pupuk kompos atau bibit tanaman secara gratis. Inisiatif ini bertujuan mengubah perilaku masyarakat sekaligus memperkuat ketahanan pangan berbasis lingkungan.

Kegiatan relawan dijalankan dengan sistem batch yang dibuka secara berkala. Pada batch pertama, komunitas ini berhasil menghimpun 25 relawan dari berbagai universitas seperti UGM, UNY, dan UST. Para relawan rutin mengikuti kegiatan setiap Sabtu, yang meliputi pengolahan sampah, pertanian, dan budidaya maggot di Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Baca juga: Pemkab Bantul pasang CCTV pantau pembuangan sampah liar

Atas dedikasi tersebut, Great and Green Indonesia terpilih sebagai salah satu Tim Penggerak Terbaik se-DIY dalam Sayembara Aksi Jaga Bumi yang digelar Kitabisa. Dalam ajang nasional yang difasilitasi UNDP itu, komunitas ini mewakili DIY dan bersaing dengan 33 tim dari seluruh Indonesia.

“Kami masuk 10 besar dan diundang ke Jakarta untuk presentasi. Alhamdulillah, kami berhasil meraih penghargaan The Most Inclusive Youth Sociopreneurship dan menerima dana pengembangan sebesar Rp10 juta,” ungkap Salsadila.

Dana tersebut digunakan untuk memperkuat kegiatan komunitas, termasuk memperluas program edukasi dan fasilitas pengelolaan sampah.

Baca juga: Hanggar pengolahan sampah di ITF Pasar Niten Bantul ditambah

Komunitas ini mencatat, rata-rata volume sampah yang berhasil dikelola mencapai 100 hingga 150 kilogram per hari, atau sekitar 22 ton dalam setahun. Sampah yang ditangani mayoritas terdiri dari organik dan anorganik.

“Untuk botol plastik, kami kumpulkan dua minggu sekali dan hasil penjualannya masuk ke kas kelompok tani tegal hijau lestari,” jelasnya.

Tak hanya mengandalkan dana hibah, Great and Green yang bentuk sejak November 2023 ini, juga menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk Yakesma, untuk memperkuat keberlanjutan gerakan ini.

Sebagai bentuk edukasi warga, komunitas ini juga aktif hadir dalam rapat-rapat warga untuk mendorong kesadaran pemilahan sampah sejak dari rumah.

“Saat ini sudah ada sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) yang rutin ikut membuang sampah sesuai sistem yang kami jalankan,” kata Salsadila.

Baca juga: Eko Suwanto dorong danais dukung penguatan bank sampah di Yogyakarta

Baca juga: Satpol PP Bantul menerjunkan 100 personel untuk pembersihan sampah liar

Baca juga: Bawuran jadi lokasi pengolahan sampah sistem waste to energy wilayah Bantul

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.