Pakar: pendidikan memerlukan KBK untuk atasi permasalahan

id KBK

Yogyakarta (Antara Jogja) - Pendidikan di Indonesia memerlukan kelompok bidang keilmuan untuk mengatasi permasalahan yang ada, seperti daur ulang topik, tidak fokus pada satu bidang, pendanaan kurang memadai, dan hasil penelitian tanpa tindak lanjut, kata seorang pakar.

"Kelompok bidang keilmuan (KBK) merupakan wujud peminatan utama riset dosen, di mana pilihannya dibuat oleh dosen dan didasarkan pada latar belakang pendidikan terakhir atau fokus penelitian selama ini," kata Wakil Rektor I Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Aminudin Aziz di Yogyakarta, Kamis.

Pada lokakarya "Rumpunisasi Bidang Keahlian Dosen" yang diselenggarakan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), ia mengatakan KBK sebagai orientasi kelompok keilmuan merupakan gambaran keahlian individu-individu dalam kelompok yang sebidang.

Menurut dia, KBK pada program studi kependidikan terdiri atas satu KBK yang membidangi ilmu keguruan atau pendidikan dan beberapa KBK yang membidangi ilmu ilmu dasar atau bidang studi.

Sementara KBK pada program studi nonkependidikan fokus pada cabang-cabang utama keilmuan pada program studi tersebut.

"KBK harus mencerminkan kepakaran dari individu yang kemudian menjadi kelompok, dan setiap KBK harus mempunyai peta jalan penelitian individu dan penelitian KBK," katanya.

Dosen Program Studi Kimia Fakultas MIPA UGM Yateman Aryanto mengatakan bahwa pada tahun 1998 negara Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Indonesia sama-sama dihantam krisis moneter.

Namun, kata dia, saat ini nasibnya berlainan di mana tiga negara tersebut sembuh dari krisis, sedangkan Indonesia masih belum bangkit dari krisis.

Oleh karena itu, meurut dia, dibutuhkan rumusan arah dan prioritas dalam pengembangan pendidikan keilmuan di Indonesia.

"Salah satu langkah pentingnya adalah rumpunisasi dan pemetaan bidang keahlian dosen. Selain itu juga perlu menyusun peta jalan jangka pendek dan panjang serta evaluasi rencana secara periodik," katanya.

(B015)