Samarinda (ANTARA Jogja) - Pesawat survei yang hilang kontak sejak Jumat pagi akhirnya dipastikan jatuh di kawasan Taman Nasional Kutai di perbatasan antara Kabupaten Kutai Timur dengan Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Kepala Bandara Temindung Samarinda Rajoki Aritonang kepada wartawan di Samarinda, Sabtu dini hari, mengatakan, kepastian tersebut diperoleh berdasarkan laporan masyarakat yang sempat mendengar suara dentuman keras.
"Berdasarkan laporan masyarakat yang berkembang hingga saat ini (Sabtu dini hari, red.) ada kemungkinan lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu di areal perbukitan Gunung Pilar yang masyarakat sebut sebagai Teluk Tabah atau sekitar 13 kilometer dari bibir pantai Teluk Tabah. Lokasi itu masuk dalam kawasan hutan TNK yang berada di poros Sanggatta (Ibu Kota Kabupaten Kutai Timur, red.) dengan Kota Bontang," kata Rajoki Aritonang.
Hingga Sabtu dini hari, kata dia, tim yang beranggota satu peleton TNI, satu peleton Brimob, Basarnas, Polresta Samarinda, Polresta Bontang, dan Polres Kutai Timur telah berada di ring dua.
"Tim saat ini sudah berada di kawasan Teluk Tabah atau di areal ring dua dari lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu. Kawasan itu merupakan kawasan hutan dan lokasinya sulit dijangkau karena harus ditempuh dengan berjalan kaki enam kilo dari kawasan pemukiman," katanya.
Ia menyebutkan medan cukup berat sehingga kemungkinan evakuasi butuh waktu relatif lama. "Melihat kondisi medan yang cukup berat, kemungkinan proses evakuasi sedikit terhambat namun tim saat ini terus bergerak untuk mencapai lokasi," katanya.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.
(A053)