Semarang (Antara Jogja) - Kelompok Tani Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun (CAMAR) Semarang mampu menghasilkan setidaknya 55.000 bibit bakau (mangrove) melalui kerja keras yang dilakukannya sejak 2011.
"Sebagian besar bibit 'mangrove' yang berhasil dibudidayakan ini akan kami tanam di daerah-daerah rawan abrasi di kawasan pantai di Semarang," kata Ketua Kelompok Tani CAMAR Juraimi di Semarang, Minggu.
Menurut dia, kelompok tani yang dibentuk sejak 2 Desember 2011 itu membudidayakan sejumlah varietas tanaman bakau yang memiliki kemampuan adaptasi baik di daerah itu, seperti Avicennia dan Rhizopora.
Ia menceritakan pesisir daerah Tambakrejo, Kecamatan Semarang Utara, tempat kelompok tani itu sebelumnya dipenuhi tanaman bakau, tetapi tidak banyak masyarakat yang sadar pentingnya kelestarian "mangrove".
"Akhirnya, tanaman-tanaman 'mangrove' itu perlahan hilang. Hingga abrasi terparah terjadi pada tahun 2006. Tambak-tambak banyak yang tersapu ombak, tak sedikit rumah warga ikut rusak ketika itu," katanya.
Berbekal pengalaman itu, kata dia, masyarakat setempat mulai sadar peran penting kelestarian ekosistem mangrove, salah satunya untuk mencegah abrasi pantai meski belum semua masyarakat tergerak melangkah.
Sampai akhirnya terbentuk Kelompok Tani CAMAR pada 2011 yang merupakan salah satu wujud program desa binaan Universitas Negeri Semarang (Unnes) bekerja sama dengan Pertamina di Desa Tambakrejo, Semarang.
Juraimi mengakui jumlah anggota kelompok tani itu semula mencapai 22 orang, tetapi dalam perkembangannya menyusut menjadi 12 orang karena ada beberapa anggota yang tertarik untuk bekerja ke luar daerah.
Meski demikian, Kelompok Tani CAMAR tak pernah patah semangat dalam upaya mengembalikan kawasan pesisir tersebut seperti sedia kala, termasuk mengajak peran serta aktif dari masyarakat sekitar untuk terlibat.
"Awalnya, kami diberi sekitar 54.000 bibit 'mangrove' yang kemudian ditanam di sekitar permukiman warga. Namun, setelah itu kami berhasil kembangkan sendiri, sampai bisa menghasilkan 55.000 ribu bibit," katanya.
Lahan pembibitan bakau dari kelompok tani itu memiliki luasan sekitar 4x30 meter yang dibangun dengan sistem anyaman bambu di atas perairan yang terletak persis di belakang rumah warga setempat.
"Seperti halnya tanaman lain, pembudidayaan 'mangrove' ini juga ada musimnya. Nanti, Agustus mendatang kemungkinan bisa dilakukan pembibitan besar-besaran," kata pria yang dahulu bekerja sebagai nelayan itu.
Rencananya, kata Juraimi, puluhan ribu bibit bakau yang dihasilkan itu akan ditanam di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tambaklorok Semarang yang kondisinya kini memprihatinkan akibat abrasi pantai.(KR-ZLS)