RI-Uni Emirat Arab membangun Pusat Penelitian Mangrove di Bali
Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Uni Emirat Arab akan merealisasikan kerja sama pendirian Pusat Penelitian Mangrove Internasional di Bali, yang dinamakan International Mangrove Research Center (IMRC) Mohamed bin Zayed-Joko Widodo, ditandai dengan proses peletakan batu pertama.
"Ini bukan sekadar proyek konstruksi, namun ke depannya pusat penelitian ini dapat menjadi keseluruhan paket penelitian, peningkatan kapasitas, dan destinasi internasional di Bali," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Denpasar, Minggu.
Luhut bersama Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) Amna bint Abdullah Al Dahak Al Shamsi dan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Alue Dohong serta Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra melakukan proses "ground breaking" peletakan batu pertama IMRC Mohamed bin Zayed-Joko Widodo di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali di Kota Denpasar.
Turut pula dalam proses peletakan batu pertama itu Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA) Husin Bagis, Duta Besar UEA untuk Indonesia Abdulla Salem Obaid Salem Aldhaheri, dan Utusan Khusus Presiden UEA Suhail Mohammed Faraj Al Mazroui.
Luhut menyebut, Indonesia telah menjadi rumah bagi sekitar 23 persen hutan mangrove dunia, yang mencakup wilayah seluas 3,44 juta hektare.
Ekosistem mangrove, tambah Luhut, juga telah memberikan beberapa manfaat, antara lain perlindungan pantai, keanekaragaman hayati yang tinggi, dan manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui ekowisata dan nilai ekonomi karbon.
"Setelah didirikan, Pusat Penelitian Mangrove Internasional ini akan berfungsi untuk penelitian mutakhir, konservasi, dan pendidikan. Penelitian tersebut khususnya pemanfaatan bioteknologi dan inovasi seperti kecerdasan buatan untuk identifikasi mangrove dan pemanfaatan drone untuk restorasi di daerah terpencil," ujar Luhut lagi.
.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia-Uni Emirat Arab dirikan Pusat Penelitian Mangrove di Bali
"Ini bukan sekadar proyek konstruksi, namun ke depannya pusat penelitian ini dapat menjadi keseluruhan paket penelitian, peningkatan kapasitas, dan destinasi internasional di Bali," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Denpasar, Minggu.
Luhut bersama Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) Amna bint Abdullah Al Dahak Al Shamsi dan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Alue Dohong serta Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra melakukan proses "ground breaking" peletakan batu pertama IMRC Mohamed bin Zayed-Joko Widodo di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali di Kota Denpasar.
Turut pula dalam proses peletakan batu pertama itu Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA) Husin Bagis, Duta Besar UEA untuk Indonesia Abdulla Salem Obaid Salem Aldhaheri, dan Utusan Khusus Presiden UEA Suhail Mohammed Faraj Al Mazroui.
Luhut menyebut, Indonesia telah menjadi rumah bagi sekitar 23 persen hutan mangrove dunia, yang mencakup wilayah seluas 3,44 juta hektare.
Ekosistem mangrove, tambah Luhut, juga telah memberikan beberapa manfaat, antara lain perlindungan pantai, keanekaragaman hayati yang tinggi, dan manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui ekowisata dan nilai ekonomi karbon.
"Setelah didirikan, Pusat Penelitian Mangrove Internasional ini akan berfungsi untuk penelitian mutakhir, konservasi, dan pendidikan. Penelitian tersebut khususnya pemanfaatan bioteknologi dan inovasi seperti kecerdasan buatan untuk identifikasi mangrove dan pemanfaatan drone untuk restorasi di daerah terpencil," ujar Luhut lagi.
.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia-Uni Emirat Arab dirikan Pusat Penelitian Mangrove di Bali