Peneliti: Sawahlunto dapat menjadi "halaman depan" Indonesia

id peneliti: sawahlunto dapat menjadi

Peneliti: Sawahlunto dapat menjadi "halaman depan" Indonesia

Kota Sawahlunto (Foto ceritawisata.com)

Jogja (Antara Jogja) - Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, ke depan dapat menjadi salah satu "halaman depan" Indonesia karena merupakan daerah multikultur, kata peneliti Creole Institute Agus Hernawan.

"Sawahlunto merupakan daerah multikultur karena banyaknya persinggungan ragam budaya yang dibawa oleh setiap orang yang datang atau didatangkan ke wilayah tersebut," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Dengan sendirinya, kata dia, wilayah tersebut menjelma menjadi Indonesia kecil di pedalaman Sumatra Barat. Kondisi material dan kultural di wilayah tersebut ikut membentuk kesadaran manusia yang menghuninya.

"Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan M Yamin, Soedjatmoko, dan Adinegoro yang lahir di Sawahlunto menemukan gagasan kebangsaan Indonesia di wilayah tersebut," katanya.

Ia mengatakan, latar belakang yang khas selalu dimiliki oleh suatu daerah dan masyarakat yang bernaung di dalamnya, tidak terkecuali Sawahlunto.

Daerah pedalaman di Sumatra itu merupakan hamparan hijau yang menyajikan aktivitas budaya agraris dengan struktur waktu komunal.

"Perubahan ruang dan waktu diikuti bergesernya orientasi kebudayaan agraris ke industrialis dimulai pada penghujung abad ke-19, di mana batu bara telah ditemukan," katanya.

Penemuan tersebut mengubah dan menghadirkan banyak hal baru di Sawahlunto. Perubahan dari waktu komunal ke kolonial, dari monokultural ke multikultural, dari kebudayaan agraris ke industrialis yang terikat ke "ladang hitam" batu bara terjadi dalam waktu relatif singkat.

"Lompatan tersebut juga mengubah wajah Sawahlunto menjadi kota yang modern. Jalur-jalur sungai diganti oleh rel-rel kereta api disusul dibukanya Pelabuhan Teluk Bayur yang memungkinkan terjadinya gelombang migrasi manusia," katanya.

Atas keunikan latar belakang sosial, budaya, dan historis Sawahlunto itu Creole Institute bekerja sama dengan Pusat Studi Kebudayaan (PSK) Universitas Gadjah Mada (UGM) akan melakukan kajian melalui seri seminar kebudayaan di Indonesia.

Hal itu untuk memberikan kontribusi gagasan dan sumbang pemikiran tentang strategi kebudayaan Indonesia di tengah tarik ulur desentralisasi dan globalisasi.

"Kami berharap akan muncul gagasan aplikatif yang bernas berkaitan dengan sinergisitas antara strategi kebudayaan dan politik desentralisasi saat ini," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024